HIKAYAT SANG PENGEMBARA

Hikayat Sang Pengembara

HIKAYAT SANG PENGEMBARA

Aku yang telah mengembara sepanjang pesisir barat dan timur
Di tepi pantai yang sunyi ini, aku menyendiri dan bersaksi.
Aku cinta hidup ini, saat aku menangis ketika separuh negeri menjadi lautan.
Dan sampai hari ini, mendapati yang kukasihi sudah tiada lagi.
Kini aku hanya insan pengembara.
Aku tlah lelah berkelana terus.
Kuingin beristrirahat bersama para sahabat yang telah mendahuluiku.

Tempatku pulang, Banda Aceh lima Oktober dua ribu delapan

“Takdir bahkan telah mengejutkan seorang pria, dalam bilangan tahun yang singkat. Betapa kampung halaman yang sama terlihat begitu asing jika memandang dalam waktu berbeda, apalagi orang-orangnya.”

Beberapa Puisi lainnya:

  1. Dalam Jubah Sufiku; 3 Agustus 2008;
  2. Dipersimpang Jalan; 3 Agustus 2008;
  3. Puisi Terindah; 3 Agustus 2008;
  4. Maghribi dan East; 3 Agustus 2008;
  5. Surat Kepada Sepotong Masa Lalu; 3 Agustus 2008;
  6. Tahukah Engkau Cinta; 4 Agustus 2008;
  7. Dua Puluh Empat Setengah Tahun; 6 Agustus 2008;
  8. Elegi Pagi Hari, Sebuah Puisi; 7 Agustus 2008;
  9. Cryptogram; 4 September 2008;
  10. Keindahan Sang Rembulan; 5 September 2008;
  11. Kita Yang Tak Akan Bertemu Kembali; 9 September 2008;
  12. Benci diatas Cinta; 13 September 2008;
  13. Indah Bunga; 20 September 2008;
  14. Padamu Perempuanku; 25 September 2008;

About tengkuputeh

Cepat seperti angin // Tekun seperti hujan // Bergairah seperti api // Diam seperti gunung // Misterius seperti laut // Kejam seperti badai // Anggun seperti ngarai // Hening seperti hutan // Dalam seperti lembah // Lembut seperti awan // Tangguh seperti karang // Sederhana seperti debu // Menyelimuti seperti udara // Hangat seperti matahari // Luas seperti angkasa // Berserakan seperti debu //
This entry was posted in Cerita, Kisah-Kisah, Literature, Puisiku and tagged , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , . Bookmark the permalink.

22 Responses to HIKAYAT SANG PENGEMBARA

  1. Mas Tengku, liriknya puitis, tapi sendu dan ada nada tragis. saya yakin Tuhan sudah memiliki skenario terbaik buat hamba-Nya. semoga mas tengku tetep semangat!

  2. tengkuputeh says:

    Terima kasih Bang Sawali, mengingatkan saya
    “jangan pernah berputus asa dari rahmat Allah SWT”

  3. Bangpay says:

    Hmm… Jgnkan kampung halaman.. Tiap kali ngunjungi WC jg sering mikir ada yg beda. Konon segala yyg terikat waktu tentu didera perubahan di tiap detiknya…

    (omongan laki2 yg terlalu banyak di toilet)

  4. genthokelir says:

    rasa haru pun jadi mengenyakkan aku menjadi teringat ketika datang ke kotamu dan kuangkat beserak jenasah para saudara se umat itu
    masih jelas teringat dalam kedatanganku kenapa datangku dalam bencana itu
    mengingatkan ku kah
    salam dari gunungkelir

  5. tengkuputeh says:

    balas
    bangpay ==> Orang dinamis tdk terikat waktu, seperti abang sudah lebih jauh lagi pengembaraannya….
    gunungkelir ==> Kapan main lagi kemari bang, kali ini ya beda dgn dulu…

  6. Neo Agustina says:

    TOP..renungan yang oke.. abru pulang kampung bang..? sedih nya ampe kerasa melalui kata2 tadi…udah jangan sedih lagi…abang kan masih punya teman dari pantai barat dan timur…kalo jadi pindah malah dapat pengalaman baru di pantai selatan…tapi boleh dong pustaka nya dititipin ke neo..neo dengan senang hati ngurusin pustaka mini abang…hehehe (^O^)
    omongan orang yang ada mau nya…hahaha

  7. Ozan says:

    Layak di bukukan.

  8. tengkuputeh says:

    balas
    Neo ==> Inikah hanya sebuah perenungan dalam perjalanan pulang dalam bus pelangi, hehehe…. Iya pengembaraan ini telah membuat abang menjumpai banyak pengalaman baru…
    Ozan ==> Terima kasih, iya saat ini kira2 gmn ya prosedurnya?

  9. Pingback: RENUNGAN MALAM | Tengkuputeh

  10. Pingback: SEMINGGU SETELAH TSUNAMI ACEH | Tengkuputeh

  11. Pingback: MUSIM HUJAN - TengkuputehTengkuputeh

  12. Pingback: JANGAN MENCINTAI LAUTAN | Tengkuputeh

  13. Pingback: DENGARLAH SUARA KEMATIAN | Tengkuputeh

  14. Pingback: BARA API IDEALISME | Tengkuputeh

  15. Pingback: INIKAH CINTA | Tengkuputeh

  16. Pingback: CELA SEMPURNA | Tengkuputeh

  17. Pingback: DIPERSIMPANG JALAN | Tengkuputeh

  18. Pingback: PADAMU PEREMPUANKU | Tengkuputeh

  19. Pingback: BENCI DI ATAS CINTA | Tengkuputeh

  20. Pingback: KALAH PERANG | Tengkuputeh

  21. Pingback: DALAM JUBAH SUFIKU | Tengkuputeh

  22. Pingback: ORANG ASING TERASING | Tengkuputeh

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.