
Aku harus bangkit
Dan membangun kavaleri baru
KALAH PERANG
Hari ini keselamati kegagalanku
Panji-panji kerkoyak berbau anyir darah
Dua puluh lima ribu pasukan telah hancur
Menjadi benulang dilantak musuh
Aku tak boleh menangis
Walau badan penuh nanah
Pedangku belum bersarung
Masih ada pertempuran lain
Sorak-sorai kini tak ada
Buat seorang Jenderal yang kalah
Aku harus bangkit
Dan membangun kavaleri baru
Walau dalam hidup, tak semua keinginanmu tercapai. Nikmat tuhanmu yang manakah lagi yang engkau dustakan.
Hari kekalahanku, 5 Nopember 2008
Menyukai ini:
Suka Memuat...
Terkait
Tentang tengkuputeh
Cepat seperti angin // Tekun seperti hujan // Bergairah seperti api // Diam seperti gunung // Misterius seperti laut // Kejam seperti badai // Anggun seperti ngarai // Hening seperti hutan // Dalam seperti lembah // Lembut seperti awan // Tangguh seperti karang // Sederhana seperti debu // Menyelimuti seperti udara // Hangat seperti matahari // Luas seperti angkasa // Berserakan seperti debu //
Pos ini dipublikasikan di
Cerita,
Literature,
Puisiku dan tag
Cerita,
Cinta,
Dara,
Kampung,
Laki-laki,
Manusia,
Nona,
Puisi,
Sastra,
Surealis,
Syair. Tandai
permalink.
siapakah sang jenderl itu, mas tengku?
Bukan Mccain
Tapi saya bang….
mestine postingna skarang, pas hari pahlawan. jadi pean bisa mati sebagai pahlawan juga…. (berpikir nek amrozi cs eksekusi hari ini opo iyo dadi pahlawan pisan?)
hehehe….
Tengku mah ndak ada hubungan dengan Amrozi cs, alias Variabel Independen dari kejadian bom Bali I.
Ini masalah pribadi mbadeni…
Ping balik: JANGAN MENCINTAI LAUTAN | Tengkuputeh
Ping balik: BARA API IDEALISME | Tengkuputeh
Ping balik: CELA SEMPURNA | Tengkuputeh
Ping balik: DIPERSIMPANG JALAN | Tengkuputeh
Ping balik: PADAMU PEREMPUANKU | Tengkuputeh