
Hidup terkadang memberi kejutan yang tak terduga. Ibarat permen terkadang ia berasa manis, asam, asin bahkan kadang-kadang pahit.
MANIS, ASAM, ASIN BAHKAN PAHIT KEHIDUPAN
Hidup terkadang memberi kejutan yang tak terduga. Ibarat permen terkadang ia berasa manis, asam, asin bahkan kadang-kadang pahit. Tak terduga apa yang terjadi selanjutnya. Mengutip perkataan sahabat Abu, Mr.Popo “rasa pahit itulah yang mendewasakan kita”. Membuat kita tersadar dari lena gemerlap dunia.
Malam minggu, mengingat sudah seminggu tidak keramas karena shampoo telah habis. Abu memutuskan belanja. Supermarket Suzuya, Harun square Lhokseumawe menjadi tujuan. Kebetulan Shogun 125 R biru baru selesai diservis abis-abisan paska dilanggar ABG hari sabtu dua-minggu sebelumnya. Cuaca malam tak pernah bersahabat dengan tubuh Abu, tapi dengan mengenakan jaket Abu pun segera meluncur.
Sungguh canggih sistem perbelanjaan disupermarket. Ia menggoda kita dengan pajangan-pajangan cantik dan menarik. Awalnya Abu hanya berniat hanya membeli shampoo Pentene saja malah mencomot lima kantong plastik permen, Deodorant Rexona, tiga sabun Harmoni, dua botol Pocari Sweat, dua bungkus Chitato besar untuk snack dirumah. Huhu, target belanja Abu Overload.
Sekeluar dari pintu kaca Supermarket. Abu membuka plastik permen untuk kemudian mengulum sebutir Relaxa. Dibalik bilik kaca ATM Mandiri disebelah kiri Pintu keluar Abu melihat seseorang baju kumal dan memegang kertas plastik permen Kiss duduk bersandar pada Anjungan Tunai Bank Nomor satu di Indonesia itu sambil mengipas-ngipas tubuhnya. Abu pun menghampiri dan tanpa banyak bicara memberikan uang seribu. Orang tersebut melihat ke Abu yang sedang mengulum permen ia berkata, “Rokok apa bang?” kemudian ia mengeluarkan sebuah keranjang dagangan asongan yang tersembunyi disebelah kirinya.
Abu terkesiap, orang ini bukan pengemis. Lagi-lagi Abu salah menilai orang. Menutupi rasa malu Abu berkata, “Sampoerna Mild bang.” Ia menyerahkan sebatang kepada Abu beserta uang kembalian empat ratus rupiah. “Sekalian saya bakarkan bang.” Ia menyalakan Maches Tokkai-nya. Terkejut dengan perkembangan situasai Abu hanya ho-oh dan mengiyakan perintahnya.
Menuju ke parkir, Abu menstarter Shogun 125 R biru yang telah menemani selama tiga tahun belakangan. Udara malam menusuk menerpa wajah Abu dalam perjalanan pulang ke kontrakan seolah tak berasa seperti biasa. Kali ini kehangatan menjalar memenuhi seluruh rongga tubuh dan Abu tersenyum. Kesalahan kali ini membuat Abu menyadari bahwa selama ini telah berjalan di muka bumi ini dengan penuh keangkuhan dan seenaknya menjustifikasi orang lain.
Membaca buku memang baik, kepercayaan diri itu penting. Tapi apabila berlebihan itu semua akan membusuk dijiwa. Kalau dingat-ingat mungkin banyak teman yang tersakiti dengan performa Abu selama ini yang terlalu “text book” dan cenderung kaku. Ini membuat orang-orang disekitar menjadi jengah hingga akhirnya menjauh. Pulang ke rumah, memandangi Perpustakaan pribadi yang amat sangat Abu sayangi. Pijakan Abu tersebut telah usang, bahkan dunia telah bergerak ketika buku-buku tersebut diterbitkan. Abu adalah orang yang terpikat dengan teori dan sampai sekarang masih. Mungkin kejadian kali ini ditambah beberapa kejadian belakangan membuat Abu sadar untuk segera merevitalisasi diri. Dunia ini berubah dan lihatlah! Bukan hanya dibalik buku namun juga harus membuka mata lebar-lebar dan memperhatikan sekeliling. Malam itu, Abu lama berpikir sebelum tertidur. Sebelum benar-benar terlelap Abu berharap, semoga besok benar-benar menjadi hari yang baru. Terima kasih Abang penjual asongan yang telah membuka mata untuk memandang dunia.
“Hikmah muncul kapan saja, dimanapun dan dari siapapun.”
Baca juga: KISAH KISAH PETUALANGAN SI ABU
Itulah keindahan kehidupan ini 😀
buku dan kehidupan tak harus dipertentangkan. buku akan memperkaya wawasan dan cara pandang tentang hidup dan kehidupan. meski demikian, mestinya si abu juga jangan sampai melupakan pergaulan sosialnya kalau dia masih ingin tetap eksis diakui sebagai bagian dari sebuah komunitas.
subahanallah..bagus sekali… 🙂
hadaaah… gedubrak…
tapi abu bukan salah mendiskripsikan seseorang yang nampak adalah kkepedulian mas abu kepada sesama
yah maklum karena terlalu cepat saja hingga salah mengira namun kan tak jahat mas
kalo yang jahat kan langsung ngusir atau melempar batu
memang buku ataupun kitab tak kan pernah ada artinya bila kita tak fariatif
aplikasi tanpa implementasi apalah artinya
eh lupa salam hangat selalu dan hormat tetap sehat dan semangat
ya, bukankah: Hikmah adalah milik kepunyaan orang beriman yg tercecer hilang? Pungutlah di mana pun kau menemukannya. 🙂
seminggu ga keramas bang?
atau sebulan? hehe ;p
jawab
ahmad ==> setuju bang
sawali ==> pendapat bang sawali selalu bijak
theloebiz ==> Alhamdulillah
andry ==> Hehehe
genthokelir ==> Salam hangat juga
kang Nur ==> Hikmah itu bisa dari mana saja kan kang?
nonong ==> cuma seminggu kok dek nong, sumpah…hehehe…
ngomong soal menilai penampilan orang, klo saya paling bermasalah menilai orang diterminal. bawaannya parno. semua bisa kuanggap preman. he..he..he..
Pengalamanlah yang membentuk diri kita… Bisa jadi bung Hasan punya trauma…
==Halah Abu sok analisis lagi==