DUHAI DIRIKU MENGAPA ENGKAU BERSEDIH
Inilah kisah seorang anak manusia bercita-cita hidup sederhana, berakhir tragis karena tidak bisa memutuskan dengan tegar.
Wahai diriku mengapa engkau bersedih? Jangan kau katakan tidak! Tiada guna membantah diriku yang setiap detik menemanimu. Aku adalah kamu, kamu adalah aku. Kita adalah satu jasad dengan dua karakter berbeda, merdeka. Duhai diriku yang tersenyum, sungguh engkau mampu menipu seluruh dunia dengan sebaris garis dibibirmu tapi bukan aku. Lekuk senyuman khas milikmu bukanlah perisai bagiku untuk mengetahui yang terdalam darimu.
Hari ini ketika engkau ragu, bukankah sudah kuingatkan dulu tuan. Bahaya mengancam di depan, dan bahkan ketika peluru tak menembus zirahmu. Engkau masih tetap membenci kekalahan yang katamu lebih buruk dari kematian. Bersyukurlah, akan kehidupan. Mungkin kamu dan juga aku sudah begitu rindu akan rumah, sehingga tak menyangka dan menduga akan menerima penghinaan ini, tertuduh pengkhianat. Bahkan lebih sakit dari kematian, lebih dari kekalahan, lebih dari segalanya.
Berdua, dalam satu kita pernah berjanji. Tak akan pernah lagi berjanji. Tak peduli bila kita harus terkucil sendiri. Tak peduli akan segalanya. Hingga kemarin. Salahku, tak tegas memperingatkan diriku. Padahal sudah kuduga ini akan terjadi, namun azzammu berkata tak bisa berbalik lagi. Sehingga engkau merangkak dan terhina, dan takdir membuatmu lebih pemalu dibandingku. Tapi engkau dan aku tahu kita tak bisa menangis karena ini. Deja vu, ingatkah dulu bahwa kita pernah mendapatkan siksa bara melebihi ini. Dan membuat kita dalam satu waktu itu berjanji. Satu-satunya janji yang pernah kita ingkari seumur hidup.
Aku dan kamu telah tertempa tak tergoda, oleh harta dan tahta. Tapi aku dan kamu tak teruji yang satunya lagi. Karena kita selalu bisa saling menjaga. Aku boleh berfirasat, namun selalu kamu yang menentukan bukan? Jangan bersedih, bukan hanya kamu terjebak. Aku juga, bersama kita tanggung aib ini. Jangan bersedih, aku juga bersalah. Nikmatilah pelajaran kehidupan. Lihatlah dengan jeli, kita terselamatkan dari jebakan maut lelaki dan perempuan. Meski terluka teruk.
Sekarang memang sakit, sekarang memang perih. Lama sudah kita tak terjatuh, hampir sewindu. Setidaknya darah dan tubuh ini belajar menawar racun, yang tak pernah terduga dihujamkan panah dari belakang, usah kau sesali kesalahan dirimu sendiri, aku tahu dalam hatimu bukanlah mereka yang bersalah. Kita yang naïf. Berhentilah bersedih. Aku dan kamu dilahirkan pada hari yang sama, dalam rupa yang satu. Hidup mati kita akan bersama. Kesedihanmu kesedihanku jua.
Tidak benar hanya ada dua gerbang : kesetiaan dan pengkhianatan
Jalan besar menembus lubuk hati
Terjaga dari mimpi dua puluh lima tahun
XXXXXX
postingan mas tengku selalu membaa renungan dan refleksi mendalam tentang kesejatian hidup. konon, harta, tahta, dan wanita menmng menjadi godaan yang akan terus menguji umat manusia sepanjang sejarah peradaban.
dahsat, pandangan yang serius banget nih…
diri ini memang dijaga puluhan pasukan Allah SWT, jangan bersedih terus, karena memang hati dan perasaan kita punya alat untuk merasakan kesedihan, kegembiraan dan lain sebagainya, bukan dengan begitu lantas kita merasa teraniaya, itu hanyalah persepsi dari hati dan perasaan, karena tuhan pasti memberikan jalan dan membukakan jalan keindahan yang pasti juga ada…
duh dalam sekali maknanya 🙂
Pandangan yang luar biasa..
hampir saja tak tau mau bilang apa??
postingan yang membawa kita ke alam sadar.. dan merefleksikan diri kita siapa??
Jawab
Mas Sawaly ==> Pada dasarnya kita manusia mabuk akan ketiganya itu, huhuhuhu…
Mas Surya ==> Kebahagian hanya persepsi hati, Abu suka kata2 itu…
Afwan ==> Iya, Abu sendiri setelah menulis membacanya berulang kali…
Loenbun ==> Kita ini siapa? Dia siapa? Ada banyak tanya, yang tak kunjung terjawab…
Waw.. Kata2x itu lo.. Menyihir abis..
kata2 adalah gudang senjata, yang mampu membuai…
Pingback: KEGUNCANGAN FILOSOFIS | Tengkuputeh
Pingback: KEGUNCANGAN FILOSOFIS | TengkuputehTengkuputeh
Pingback: AGAR HIDUP LEBIH TERASA HIDUP | Tengkuputeh
Pingback: PAHAMILAH APAKAH HIDUP DALAM DIRI MANUSIA | Tengkuputeh
Pingback: PENGEMBARAAN | Tengkuputeh
Pingback: TAFSIR SANG PENAFSIR | Tengkuputeh
Pingback: HANYALAH SEORANG HAMBA | Tengkuputeh