
Pesisir Barat Aceh adalah zamrud sekaligus safir berkilau yang memiliki senarai keindahan, rimba tropis yang hijau menghijau, lautan biru membiru, bebatuan membatu.
BAJAK LAUT DARI PANTE KUYUN
Dari puncak gunung Gurutee terlihat permukaan laut yang disinari matahari dengan amat perlahan naik menurutkan perintah dari yang MAHA gaib, kelak ia akan berangsur turun ke dasar lautan yang tak terlihat ranah tepinya. Cahaya yang silau, menyilaukan mata berpendar di muka air biru maha luas itu, tenang dan tak berombak.
Pesisir Barat Aceh adalah zamrud sekaligus safir berkilau yang memiliki senarai keindahan, rimba tropis yang hijau menghijau, lautan biru membiru, bebatuan membatu. Apakah kita boleh menganggap itu sebagai hak milik? Sedang itu semua anugerah Tuhan yang diberikan kepada semua manusia. Ataukah, bolehkah kita merasa acuh ketika keindahan alam itu dirusak oleh orang-orang tak bertanggungjawab. Hidup memang begitu kita tak harus memilih salah satu sikap yang keras, melainkan dengan segala keterbatasan sebagai manusia mencoba untuk seimbang saja.
Kehadiran manusia di bumi telah dicatat oleh sejarah, sebuah kerja keras menggunakan kaidah ilmiah dibangun atas waktu, bukan tugas mudah. Di sisi lain hikayat berbeda dengan sejarah, dalam hikayat terdapat letupan emosi bisa cinta ataupun kemarahan bahkan perasaan bangga. Itu terjadi karena si penghikayat mencintai apa yang diceritakan. Hidup dalam hikayat berarti menyelami pikiran si pembawa cerita.
Hikayat tidak perlu harus ilmiah sebagaimana sejarah, tapi hikayat belum tentu sepenuhnya salah, mungkin ada informasi sejarah yang benar disana, untuk dibuktikan oleh para sejarawan, pada sisi lain sejarah pun tak mesti juga benar. Sebagaimana kepentingan penguasa senantiasa disisipkan selalu dalam sejarah. Ini adalah hikayat yang ditulis ulang, kebenaran (sejati) hanya Allah yang tahu.
XXX
Pante Kuyun, 20 Mei 1998.
Kegagalan pemerintah Republik Indonesia mengatasi gejolak ekonomi akibat krisis moneter mengakibatkan terjadinya kerusuhan rasial terhadap etnis Tionghoa beberapa hari sebelumnya, 13 – 15 Mei 1998. Pada kerusuhan ini banyak toko dan rumah dihancurkan oleh amuk masa, terutama milik warga Indonesia keturunan Tionghoa, konsentrasi kerusuhan terbesar terjadi di Jakarta, Medan, Ratusan perempuan keturunan Tionghoa diperkosa, bahkan beramai-ramai, dianiaya secara sadis, kemudian dibunuh. Sampai hari ini belum ada pembuktian bahwa kasus pemerkosaan dalam kerusuhan ini digerakkan secara sistematis, tapi besar dugaan itulah yang terjadi. Ini adalah lembaran hitam sejarah Indonesia yang tak pernah terungkap.
Nun jauh dari pusat geopolitik Indonesia, di pegunungan dekat pantai barat Aceh, hujan rintik-rintik sedari siang telah membasahi kampung Pante Kuyun. Berita kerusuhan yang terjadi di ibu kota, disikapi dengan terkejut. Tapi tak terlalu, warung kopi mempersiapkan diri menghadapi hajatan yang dinanti penduduk, tengah malam nanti akan terjadi pertandingan yang telah dinanti-nanti penikmat bola kampung ini. Final Liga Champions edisi 1997/1998, Juventus Vs Real Madrid yang akan berlangsung di Amsterdam Arena, dan disiarkan oleh RCTI. Hujan sendiri merupakan fenomena yang telah lama tiada, kurang dari setahun wilayah Asia Pasifik mengalami fenomena iklim yang dinamakan “El Nino” oleh para ahli, bahasa awam dari musim kemarau berkepanjangan.
Alam memberikan pertanda, kemarau berkepanjangan yang diikuti angin panas biasanya membawa kekacauan besar, begitu cerita para nenek. Ibnu Abbas merasa goyah dan khawatir. Dia mondar-mandir di dalam rumah, apalagi setelah mengetahui kekacauan yang terjadi di Jakarta (yang mana telat sampai kabarnya ke Pante Kuyun) semakin membuat dia luruh.

Di sisi lain hikayat berbeda dengan sejarah, dalam hikayat terdapat letupan emosi bisa cinta ataupun kemarahan bahkan perasaan bangga. Itu terjadi karena si penghikayat mencintai apa yang diceritakan. Hidup dalam hikayat berarti menyelami pikiran si pembawa cerita.
Sementara itu di kampung Pante Kuyun sedang ada cucu pertamanya, yaitu Abu anak dari putri pertamanya yang sedang menghabiskan liburan kenaikan kelas. Si cucu bukanlah orang yang senang untuk pulang kampung, tidur di dalam kelambu membuatnya tidak nyaman, belum lagi harus mandi di bedeng, buang air di sungai (di atas rakit) sungguh menyiksa baginya. Untuk menutupi kebosanan di kampung ia membawa banyak buku, beberapa disewa di tempat penyewaan Desperado, beberapa dipinjam dari perpustakaan sekolah SMP Negeri 1 Banda Aceh. Kebanyakan buku cerita dan beberapa buku sejarah yang menjadi minatnya. Akhirnya nanti malam selepas Isya sang cucu akan kembali ke Banda Aceh membuatnya merasa harus segera bertindak. Hikayat leluhur harus diturunkan segera, dia tak tahu akan hidup berapa lama lagi, meski Ibnu Abbas merasa dia tak secemerlang ayahnya, atau kakeknya untuk membawakan cerita sebagai seorang “Troubadour” tapi dipikirnya harus sebelum cerita ini musnah, tidak pernah (ada) ahli sejarah yang mencatatnya. Maka sore itu, selepas shalat Ashar lalu dipanggillah cucunya ke beranda, telah dia sediakan pisang goreng dan teh hangat.
“Tutup buku Abu, saat ini kakek akan bercerita tentang sesuatu yang tak pernah dituliskan di buku manapun.” Kata Ibnu Abbas kepada cucunya yang sudah selesai mandi, rambut telah disisir rapi.
Si Abu setengah tertarik, dan menutup buku Lord of The Ring yang sedang dibaca.
“Kamu bisa membayangkan suatu keadaan di mana kita hidup bergembira, bercocok tanam dengan suka ria, kambing-kambing dan lembu-lembu yang kita miliki sehat semua, di saat kita haus kita kapan saja bisa memetik kelapa untuk minum. Tiba-tiba sepasukan asing datang untuk menganggu dan menjarah kampung kita?”
Si cucu menggelengkan kepala.
“Menurut kakekku, yang merupakan buyutmu itulah perasaannya ketika Belanda datang! Dan percayakah kamu jika aku katakan bahwa dari kampung yang terletak di pegunungan ini, kakekku itu adalah seorang bajak laut dari sekumpulan bajak laut sakti?”
Si cucu menatap kakeknya dengan sinar mata yang ingin tahu besar.
“Dahulu kala, kampung Pante Kuyun ini adalah asal para pejuang yang tangguh, mereka membuat perahu-perahu yang kuat mengikuti aliran sungai menuju laut kemudian merampok kepulauan kafir di selatan. Suku-suku Nih yang katanya sakti dijarah, perempuan-perempuannya yang berkulit kuning diperbudak, setelah bosan dijual ke pasar Lamno bahkan ke tanah Gayo.”
“Memperbudak? Bahkan menjual kek? Betapa mengerikannya!”
Sang Kakek tertawa, “kata kakekku kenapa harus diperbudak? Karena mereka kafir. Kenapa mereka harus dijual? Karena mereka bangsa pengecut. Tidak boleh dijadikan istri karena akan melahirkan keturunan yang pengecut.”
“Ini akan mengerikan jika dituliskan di buku sejarah.”
“Tentu mengerikan, oleh karena itu tidak dituliskan di buku-buku manapun. Aku bercerita kepadamu, jika nanti kamu menemukan orang Aceh yang lemah sifatnya, memiliki sifat-sifat pengecut, pecundang yang mengharapkan uang semata, maka dipastikan dia adalah keturunan Nih!” Coba sebutkan satu orang di wilayah barat atau tanah Gayo. Aku bisa mengetahui dia bernasab murni atau berdarah Nih!”
Ada rasa ketidaknyamanan dari si cucu mendengarkan cerita kakeknya tersebut, dia ingin mengakhiri cerita yang mengerikan ini namun segan.
“Menurut kakek nanti malam yang akan menjadi juara Juventus atau Real Madrid?”
“Tampaknya kamu kurang berminat dengan cerita ini. Sudahlah kalau begitu, yang ingin kakek katakan. Ke depan akan ada kekacauan besar, yang mungkin membuat kita kesusahan. Tapi pesan kakek, jangan takut karena kamu adalah keturunan bajak laut Pante Kuyun yang terkenal.”
Si cucu terdiam, di sekolah dia berprestasi biasa saja. Kadang-kadang menjadi korban bully karena salah satunya terlalu kutu buku. Masa depan tak menjamin kepastian. Keturunan Bajak Laut Pante Kuyun? Apakah benar?
“Jangankan raja, tidak ada dinasti yang berkuasa selamanya. Kita sendiri juga kelak akan mati tidak akan bisa hidup selamanya. Bagaimana cara menjalani sebaik-baiknya?”
“Dengan iman dan amal saleh kek?”
“Itu benar! Tapi iman dan amal saleh akan lebih apik jika dijalani dengan kegembiraan. Jaga selalu semangat riang gembira, jangan mudah tersinggung dengan candaan. Karena para bajak laut selalu memiliki humor yang akbar serta lelucon yang pahit.”
Azan Maghrib berkumandang, dan percakapan ini tak pernah selesai.
Peristiwa mengikuti:
- 21 Mei 1998, Presiden Suharto setelah berkuasa selama 32 tahun menyatakan berhenti sebagai presiden dan reformasi bergulir;
- 1999-2005 Konflik Aceh yaitu pemberontakan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) melawan pemerintah Republik Indonesia berkecambuk;
- 26 Desember 2004, Tsunami menghantam provinsi Aceh dan menewaskan 200.000 penduduk, korban terbesar ada di pesisir barat Aceh.
XXX
Kita hidup hari ini bersambung dari zuriat dari para leluhur yang telah lama tiada, dan sungguh kita hanya tahu sedikit tentang nenek moyang kita, bahkan kita yang bisa menyebutkan nama-nama mereka beberapa generasi sebelumnya.
Baca juga: KISAH KISAH PETUALANGAN SI ABU