ODE SEEKOR ELANG

Organisasi bisa dibubarkan, orang bisa dibunuh namun ideologi tetap tinggal dalam otak manusia.

Organisasi bisa dibubarkan, orang bisa dibunuh namun ideologi tetap tinggal dalam otak manusia.

ODE SEEKOR ELANG

Matamu tajam, menembus angkasa. Sayapmu merapuh elang, dimana bulu-bulu itu?  Cakar-cakarmu menumpul bukan? Wahai elang, coba tatap mega-mega senja disana. Warna lembayungnya mengiriskan bagi sayapmu yang tak terkepak lagi.

Elang bagaimana perasaanmu, akan kakimu yang dirantai? Engkau bisu. Dada membusung itu tiada. Kini engkau hanyalah piasan para raja. Engkau telah lupa nikmatnya mengangkasa. Elang tahukah kamu? Di luar sana bangsamu terancam kepunahan.

Elang, raja para burung. Legendamu samar-samar sekarang. Harga dirimu telah dikoyak-koyak zaman. Membawamu pada sangkar ini. Paruhmu lupa darah segar mangsamu hidup-hidup. Kini, hanya belas kasih manusialah sumber penghidupanmu.

Duhai elang. Sudah berapa lama engkau disini. Dijauhkan dari habitat aslimu. Menikmati puncak rantai makanan dalam ekosistem pegunungan hijau. Elang, hidup ini adalah cerita tentang memangsa bukan?

Matamu itu tak mengenal air mata bukan? Tapi mengapa bagiku terlihat begitu pilu. Disetiap hari hanya mampu melihat ke atas tanpa bisa terbang. Sangat mengesalkan. Tentu menyedihkan menghabiskan waktu mengharapkan hari itu kembali.

Rindumu melayang bebas dibawah sinar matahari tak terungkapkan. Harapanmu tak lagi dimengerti oleh kebanyakan kami. Perasaan sedih yang kau miliki menanti ajal dalam kerangkeng. Izinkanku tuk menyampaikan kepada mereka semua. Dalam ode seekor elang.

Katalog Cerita Pendek:

  1. Sebentuk Harta; 10 Agustus 2008;
  2. Elegi Pagi Hari, Sebuah Cerpen; 13 Agustus 2008;
  3. Keindahan Sang Rembulan; 5 September 2008;
  4. Ketidakagungan Cinta; 10 Oktober 2008;
  5. Tempat Tiada Kembali; 13 Oktober 2008;
  6. Pada Pandangan Pertama; 18 Oktober 2008;
  7. Aku Tak Mengerti Kamu; 24 Oktober 2008;
  8. Mengenang Sebuah Perjalanan Cinta; 3 November 2008;
  9. Selamanya; 14 Desember 2008;
  10. Ode Seorang Bujang; 17 Desember 2008;
  11. Sepucuk Surat Untuk Lisa; 1 Januari 2009;
  12. Wasiat Teruntuk Adinda Malin Kundang; 4 Februari 2009;
  13. Tidak Sedang Mencari Cinta; 23 Februari 2009;
  14. Hanyalah Lelaki Biasa; 6 April 2009;
  15. Wasiat Hang Tuah; 29 Mei 2009;
  16. Tak Ada Apa Apa; 7 Oktober 2009;
  17. The Last Gentleman; 4 Desember 2009;
  18. Renungan Majnun Seorang Penarik Cukai; 31 Mei 2010
  19. Yang Tak Akan Kembali; 10 Juni 2010;
  20. Kisah Sebelum Sang Pengeran Selesai; 5 Juli 2010;
  21. Penyihir Terakhir; 15 Maret 2011;
  22. Santiago Sang Pelaut; 23 Maret 2012;
  23. Iblis Namec Vs Manusia Saiya; 6 April 2012;
  24. Ashura; 13 Februari 2013;
  25. Selamat Tinggal Andalusia; 10 Maret 2013;
  26. Narsis Yang Berbeda; 28 April 2013;
  27. Istana Kosong; 4 Juni 2013;
  28. Bangsawan Pandir; 10 Juni 2013;
  29. Kematian Bhisma; 15 Juni 2013;
  30. Badai Sejarah; 29 Juli 2013;
  31. Cerita Cinta; 7 Agustus 2013;
  32. Perjalanan; 29 November 2013;
  33. Jaring Kamalanga; 29 Desember 2013;
  34. Lelaki Sungai; 19 Januari 2014;
  35. Dragon Dialog; 13 November 2014;
  36. Persahabatan Kambing Dan Serigala; 19 Desember 2014;
  37. Pesan Kepada Penguasa; 17 Januari 2015;
  38. Bagaimana Mengubah Timah Hitam Menjadi Emas; 11 April 2015;
  39. Setelah Revolusi Selesai; 6 Oktober 2016;
  40. Harlequin Dan Pohon Harapan; 30 Oktober 2016;
  41. Permufakatan Para Burung; 5 Januari 2017;
  42. Kepada Cinta Yang Berumur Seminggu; 13 April 2017;
  43. Senja Di Malaka; 14 Juni 2017;
  44. Mengecoh Sang Raja; 17 Oktober 2017;
  45. Wawancara Dengan Sang Iblis; 1 Januari 2018;
  46. Legenda Gajah Putih; 12 Januari 2018;
  47. Genderang Pulang Sang Rajawali; 22 Februari 2018;
  48. Kisah Menteri Jaringan Melawan Kapitalisme Amerika; 17 Desember 2018;
  49. Legenda Naga Sabang; 29 Mei 2020;
  50. Legenda Gunung Geurutee; 1 Juni 2020;

About tengkuputeh

Cepat seperti angin // Tekun seperti hujan // Bergairah seperti api // Diam seperti gunung // Misterius seperti laut // Kejam seperti badai // Anggun seperti ngarai // Hening seperti hutan // Dalam seperti lembah // Lembut seperti awan // Tangguh seperti karang // Sederhana seperti debu // Menyelimuti seperti udara // Hangat seperti matahari // Luas seperti angkasa // Berserakan seperti debu //
This entry was posted in Cerita, Kisah-Kisah, Kolom, Literature, Mari Berpikir, Opinion, Pengembangan diri, Puisiku and tagged , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , . Bookmark the permalink.

83 Responses to ODE SEEKOR ELANG

  1. sunggu menyedihkan nasib si elang, terus terbang dan mengangkasa, tapi agaknya lupa ketempat asalnya. duh, benar2 odenya telah berubah menjadi sebuah elegi. mungkin hanya abu yang bisa menyelamatkannya, hehe ….

  2. Aulia says:

    oooooooooh….kata-kata tengku membawa ku terbang jauh ke angkasa….klepek-klepek….

  3. suryaden says:

    mungkinkah doa-doa ayam sudah dikabulkan… huhuhu…

  4. Raffaell says:

    Jadi inget pilm disc channel tentang elang, ada elang yang terbangnya spiral pas mau memburu mangsa

  5. tengkuputeh says:

    Mas Sawali ==> Abu tak punya kuasa tuk membebaskannya 😦 Karena ia tak punya keberanian tuk terbang lagi…

    Aulia ==> Hehehehehe

    Suryaden ==> Hahahahaha, ayam2 yang diternakkan dikandang. Tokh akhirnya disembelih juga oleh manusia…

    Raffael ==> Benar, acara yang menarik itu…

  6. icha says:

    salam untuk si elang..yang terbatas gerak dan pandangan..nanti kita akan bikin aksi demo dengan poster-poster yang bertuliskan: bebaskan si elang!

    😀

  7. Pingback: TERIMA KASIH PADA SASTRA | FROM KOETARADJA WITH LOVE

  8. Pingback: SEBENTUK HARTA | Tengkuputeh

  9. Pingback: ELEGI PAGI HARI, SEBUAH CERPEN | Tengkuputeh

  10. Pingback: KEINDAHAN SANG REMBULAN | Tengkuputeh

  11. Pingback: KETIDAKAGUNGAN CINTA | Tengkuputeh

  12. Pingback: TEMPAT TIADA KEMBALI | Tengkuputeh

  13. Pingback: PERJALANAN | Tengkuputeh

  14. Pingback: JARING KAMALANGA | Tengkuputeh

  15. Pingback: LELAKI SUNGAI | Tengkuputeh

  16. Pingback: MENGECOH SANG RAJA | Tengkuputeh

  17. Pingback: PADA PANDANGAN PERTAMA | Tengkuputeh

  18. Pingback: THE LAST GENTLEMAN | Tengkuputeh

  19. Pingback: RENUNGAN MAJNUN SEORANG PENARIK CUKAI | Tengkuputeh

  20. Pingback: YANG TAK AKAN KEMBALI | Tengkuputeh

  21. Pingback: TAK ADA APA APA | Tengkuputeh

  22. Pingback: SELAMANYA | Tengkuputeh

  23. Pingback: RENUNGAN MALAM | Tengkuputeh

  24. Pingback: HANYALAH LELAKI BIASA | Tengkuputeh

  25. Pingback: WASIAT HANG TUAH | Tengkuputeh

  26. Pingback: ODE SEORANG BUJANG | Tengkuputeh

  27. Pingback: TEORI KEMUNGKINAN | Tengkuputeh

  28. Pingback: WASIAT TERUNTUK ADINDA MALIN KUNDANG | Tengkuputeh

  29. Pingback: SEPUCUK SURAT UNTUK LISA | Tengkuputeh

  30. Pingback: TIDAK SEDANG MENCARI CINTA | Tengkuputeh

  31. Pingback: KISAH SEBELUM SANG PANGERAN SELESAI | Tengkuputeh

  32. Pingback: KEPADA CINTA YANG BERUMUR SEMINGGU | Tengkuputeh

  33. Pingback: BADAI SEJARAH | Tengkuputeh

  34. Pingback: SANG KATALIS | Tengkuputeh

  35. Pingback: CERITA CINTA | Tengkuputeh

  36. Pingback: LEGENDA GAJAH PUTIH SEBAGAI ASAL NAMA KABUPATEN BENER MERIAH | Tengkuputeh

  37. Pingback: WAWANCARA DENGAN SANG IBLIS | Tengkuputeh

  38. Pingback: AKU TAK MENGERTI KAMU | Tengkuputeh

  39. Pingback: MENGENANG SEBUAH PERJALANAN CINTA | Tengkuputeh

  40. Pingback: SETELAH REVOLUSI SELESAI | Tengkuputeh

  41. Pingback: SENJA DI MALAKA | Tengkuputeh

  42. Pingback: SANTIAGO SANG PELAUT | Tengkuputeh

  43. Pingback: GENDERANG PULANG SANG RAJAWALI | Tengkuputeh

  44. Pingback: RENUNGAN MALAM - TengkuputehTengkuputeh

  45. Pingback: SEBENTUK HARTA - TengkuputehTengkuputeh

  46. Pingback: PERJALANAN - TengkuputehTengkuputeh

  47. Pingback: SANTIAGO SANG PELAUT - TengkuputehTengkuputeh

  48. Pingback: YANG TAK AKAN KEMBALI - TengkuputehTengkuputeh

  49. Pingback: SELAMANYA - TengkuputehTengkuputeh

  50. Pingback: KETIDAKAGUNGAN CINTA - TengkuputehTengkuputeh

  51. Pingback: MALAM YANG TERTAKLUKKAN - TengkuputehTengkuputeh

  52. Pingback: NARSIS YANG BERBEDA | Tengkuputeh

  53. Pingback: KISAH MENTERI JARINGAN MELAWAN KAPITALISME AMERIKA | TengkuputehTengkuputeh

  54. Pingback: JANGAN MENCINTAI LAUTAN | Tengkuputeh

  55. Pingback: KISAH MENTERI JARINGAN MELAWAN KAPITALISME AMERIKA | Tengkuputeh

  56. Pingback: PERMUFAKATAN PARA BURUNG | Tengkuputeh

  57. Pingback: ADA BANYAK CINTA | Tengkuputeh

  58. Pingback: LEGENDA GAJAH PUTIH BENER MERIAH | Tengkuputeh

  59. Pingback: BARA API IDEALISME | Tengkuputeh

  60. Pingback: PERSAHABATAN KAMBING DAN SERIGALA | Tengkuputeh

  61. Pingback: PASRAH | Tengkuputeh

  62. Pingback: HIKAYAT NARSIS YANG BERBEDA | Tengkuputeh

  63. Pingback: ODA NOBUNAGA BANGSAWAN PANDIR | Tengkuputeh

  64. Pingback: TAKTIK ISTANA KOSONG IEYASU TOKUGAWA | Tengkuputeh

  65. Pingback: IEYASU TOKUGAWA SANG ASHURA | Tengkuputeh

  66. Pingback: ODE SEEKOR HARIMAU | Tengkuputeh

  67. Pingback: PESAN KEPADA PENGUASA | Tengkuputeh

  68. Pingback: KITA YANG TAK AKAN BERTEMU KEMBALI | Tengkuputeh

  69. Pingback: PENGEMBARAAN | Tengkuputeh

  70. Pingback: DRAGON DIALOG | Tengkuputeh

  71. Pingback: SELAMAT TINGGAL ANDALUSIA | Tengkuputeh

  72. Pingback: AKHIR RIWAYAT SANG DURJANA | Tengkuputeh

  73. Pingback: HIKAYAT MEURAH SILU | Tengkuputeh

  74. Pingback: RAJA DEKAT TUHAN JAUH | Tengkuputeh

  75. Pingback: MONOLOG BULAN | Tengkuputeh

  76. Pingback: TAFSIR SANG PENAFSIR | Tengkuputeh

  77. Pingback: HANYALAH SEORANG HAMBA | Tengkuputeh

  78. Pingback: DALAM JUBAH SUFIKU | Tengkuputeh

  79. Pingback: IBLIS NAMEC VS MANUSIA SAIYA | Tengkuputeh

  80. Pingback: ODE OF AN EAGLE | Tengkuputeh

  81. Pingback: MENJADI SESEORANG | Tengkuputeh

  82. Pingback: BERMAIN DENGAN WAKTU | Tengkuputeh

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.