PUTROE PHANG PUTRI PAHANG

Pinto Khop bagian dari taman Putroe Phang. Sebuah persembahan cinta dari Sultan Iskandar Muda kepada istrinya Putri Pahang

Pinto Khop bagian dari taman Putroe Phang. Sebuah persembahan cinta dari Sultan Iskandar Muda kepada istrinya Putri Pahang

PUTROE PHANG JULUKAN DARI TENGKU KAMALIAH SEORANG PUTRI KESULTANAN PAHANG

Tengku Kamaliah adalah seorang putri yang berasal dari Kesultanan Pahang di Semanjung Melayu (Negara Malaysia sekarang) yang menjadi permaisuri Sultan Iskandar Muda Meukuta Alam dari Kesultanan Aceh Darussalam, kemudian di Aceh dikenal dengan sebutan Putroe Phang. Setelah Putri Sendi Ratna Istana sebagai pemaisuri meninggal dunia, Sultan Iskandar Muda mempersunting putri jelita dari keluarga diraja Pahang.

Baca : Kerajaan Aceh Zaman Sultan Iskandar Muda

Latar Belakang Keadaan Politik Negeri-Negeri Melayu dalam Persaingan Pengaruh Antara Kesultanan Aceh Darussalam dan Kekuasaan Portugis di Malaka pada Abad ke-17

Kekuasaan Imperialisme Eropa yang pertama datang ke Asia Tenggara adalah Portugis, pada tahun 1511 menaklukkan Malaka. Portugis kemudian menaklukkan Samudera Pasai (1521) dan memperluas pengaruhnya di Selat Malaka. Akan tetapi dari Utara Sumatera muncul lawan sepadan Aceh Darussalam, konflik berlangsung ratusan tahun dan akhirnya Sultan Aceh terbesar Iskandar Muda lahir dan pertarungan kian dahsyat. Sebagaimana diceritakan dalam Sejarah Pahang1)

“Dalam bulan Juli 1613, Sultan Iskandar Muda Mahkota Alam, Raja Aceh yang masyhur gagah perkasanya itu, telah menghantar suatu angkatan perang laut yang besar datang menyerang dan mengalahkan Negeri Johor, Batu Sawar dan Kota Seberang. Bandar-bandar utama di Negeri Johor masa itu telah diduduki oleh orang-orang Aceh. Mengikut setengah sumber, Iskandar Muda sendiri mengepalakan Angkatan Perang Aceh yang menyerang Negeri Johor itu. Sultan Alauddin Riayat Syah III, adinda baginda Raja Abdullah serta Bendahara (Perdana Menteri) Johor Tun Sri Lanang dan beberapa ramai pengiring-pengiring Sultan Johor telah ditawan dan dibawa ke Negeri Aceh…”

Setelah beberapa tahun di Aceh, Sultan Alauddin Riayat Syah III berjanji tidak akan lagi membantu Portugis yang telah menduduki Malaka, maka Sultan Iskandar Muda membebaskan Sultan Alauddin dan diantar kembali serta ditabalkan kembali sebagai Sultan Johor. Akan tetapi ternyata Sultan Alauddin Riayatsyah III ternyata berkhianat dan bekerjasama dengan Portugis untuk memperluas jajahan mereka di Semenanjung Melayu. Alauddin membantu Portugis untuk mengangkat Raja Bujang menjadi Raja Pahang. Raja Bujang sebelumnya adalah seorang pangeran Pahang yang telah bersumpah setia kepada Portugis.

Baca : Pengepungan Malaka oleh Aceh Darussalam

Maka, September 1615. Sultan Iskandar Muda menyerang Johor kembali dengan angkatan perang yang besar, Sultan Alauddin ditangkap dan dibawa (lagi) ke Aceh sampai meninggal. Serangan armada Aceh Darussalam dilanjutkan ke Pahang  sebagaimana yang dituliskan oleh Haji Buyong Adil:

“Oleh sebab orang Portugis telah menolong Sultan Johor menaikkan Raja Bujang menduduki Kerajaan Negeri Pahang, pada tahun 1617 Sultan Aceh telah mengeluarkan Angkatan Perang Aceh menyerang Negeri Pahang dan laskar-laskar Aceh yang datang itu telah membinasakan daerah di Negeri Pahang. Raja Bujang melarikan diri, sementara ayah mertuanya, Raja Ahmad, dan putranya yang bermana Raja Mughal serta 10.000 rakyat negeri Pahang ditawan ditahan dan dibawa ke Negeri Aceh. Seorang putri dari keluarga diraja Pahang, yang bernama Putri Kamaliah, juga turut dibawa ke Aceh, yang kemudian diperistri oleh Sultan Iskandar Muda Meukuta Alam, dan Putri Pahang itu termasyur dalam sejarah Aceh karena kebijaksanaannya dan disebut oleh orang-orang Aceh Putroe Phang…”

Peran Putroe Phang dalam Pemerintahan Kesultanan Aceh Darussalam

Tengku Kamaliah adalah seorang putri yang berasal dari Kesultanan Pahang di Semanjung Melayu (Negara Malaysia sekarang) yang menjadi permaisuri Sultan Iskandar Muda Meukuta Alam dari Kesultanan Aceh Darussalam, kemudian di Aceh dikenal dengan sebutan Putroe Phang.

Putri Pahang dalam istana Darud Dunia tidak hanya sebagai Permaisuri, juga menjadi penasehat bagi suaminya Sultan Iskandar Muda. Salah satunya nasehatnya adalah pembentukan Majelis Syura (Parlemen) yang beranggotakan 73 orang sebagai perwakilan penduduk dalam kerajaan Aceh2). Sebagai penghormatan kepada Putroe Phang sebuah Hadih Maja (Kata-kata berhikmat) yang berbunyi:

Adat bak Poteu Meureuhom,

Hukom bak Syiah Kuala,

Kanun bak Putroe Phang,

Reusam bak Laksamana,

Hukom ngon adat lagee zat ngon sifuet,

Hadih Maja ini adalah ajaran tentang pembagian kekuasaan dalam kerajaan Aceh Darussalam3), yang bermakna:

  1. Kekuasaan eksekutif berupa kekuasaan politik/adat berada di tangan Sultan sebagai Kepala Pemerintahan. Sultan Iskandar Muda menciptakan sistem ini, maka dibangsakan kepadanya (Poteu Meureuhom);
  2. Kekuasaan yudikatif atau pelaksanaan hukum berada di tangan ulama. Syekh Abdurrauf Syiah Kuala merupakan seorang ahli hukum dan Kadi Malikul Adil yang paling menonjol, maka pelaksanaan yudikatif ini dibangsakan kepadanya;
  3. Kekuasaan legislatif atau pembuatan undang-undang dibangsakan kepada Putroe Phang karena ia yang memberi nasehat untuk membentuk Majelis Syura (Parlemen);
  4. Peraturan keprotokolan atau reusam berada di tangan Laksamana sebagai Panglima Angkatan Perang Aceh dibangsakan kepada Laksamana Malahayati;
  5. Baris kelima adalah sintesis dari silogisme empat baris sebelumnya, yaitu: Dalam keadaan bagaimanapun, adat, kanun, dan reusam tidak boleh dipisahlan dari hukum/ajaran Islam sebagai penuntun jalan setiap orang yang memegang kekuasaan di Kesultanan Aceh Darussalam.

Hadih Maja ini menjadi falsafah hidup orang Aceh. Sultan Iskandar Muda, Syekh Abdurrauf Syiah Kuala, Putri Pahang dan Laksamana Malahayati adalah teladan bagi orang-orang Aceh. Kita melihat dalam Hadih Maja ini menyebutkan empat nama, dua laki-laki dan dua perempuan menunjukkan bahwa Islam sebagai dasar kerajaaan, Al-Quran dan Hadist menjadi sumber hukum memberikan hak dan kewajiban yang sama antara laki-laki dan perempuan untuk memegang jabatan apa saja dalam kerajaan, diakui sepenuhnya.

Gunongan sebagai persembahan cinta dari Sultan Iskandar Muda kepada Puteri Pahang; Foto bersumber dari situs nederlandsekrijgsnacht.nl

Sejarah Aceh mencatat nama-nama perempuan yang memainkan peranan penting di tanah Aceh, banyak tokoh besar perempuan, baik sebagai pemimpin pemerintahan maupun sebagai pahlawan dalam peperangan.  Itu karena berdasarkan dalil-dalil Al-Quran dan Hadist-hadist nabawi di Kesultanan Aceh Darussalam memberikan hak dan kewajiban yang sama antara laki-laki dan perempuan.

Daftar Pustaka :

  1. Haji Buyong Adil; Sejarah Pahang; Kuala Lumpur; Dewan Bahasa dan Pustaka; 1972;
  2. Die Meulek; Kanun Al Asyi; Koleksi Naskah Tua Perpustakaan A. Hasjmy;
  3. Hasjmy; Wanita Aceh Sebagai Negarawan dan Panglima Perang; Jakarta; Penerbit Bulan Bintang; 1996:

Artikel-artikel tentang Aceh:

  1. FILOSOFI GOB 10 OKTOBER 2011;
  2. KEBENARAN YANG SAMAR 28 FEBRUARI 2013;
  3. GAM CANTOI TIADA 30 MARET 2013;
  4. PERANG CUMBOK SEBUAH REVOLUSI SOSIAL DI ACEH (1946-1947) 18 JUNI 2013;
  5. TSUNAMI 26 DESEMBER 2015;
  6. PERADABAN TANPA TULISAN 25 FEBRUARI 2016;
  7. SURAT TENGKU CHIK DI TIRO KEPADA RESIDEN VAN LANGEN AGAR TERCAPAI PERDAMAIAN DALAM PERANG ACEH MAKA BELANDA HARUS MEMELUK AGAMA ISLAM DI TAHUN 1885 4 NOVEMBER 2016;
  8. PARA PENYEBAR KEBOHONGAN 13 NOVEMBER 2016;
  9. MENGUNJUNGI RUMAH PAHLAWAN NASIONAL CUT MEUTIA 17 APRIL 2017;
  10. SAMUDERA PASAI SEBAGAI TITIK TOLAK ISLAM DI ASIA TENGGARA, SEBUAH UPAYA MELAWAN PSEUDO SEJARAH 24 APRIL 2017;
  11. EMAS, KAFIR DAN MAUT 20 APRIL 2017;
  12. MENGENAL LEBIH DEKAT POCUT BAREN 5 MEI 2017;
  13. OPERASI PENYERGAPAN BELANDA TERHADAP CUT MEUTIA 7 MEI 2017;
  14. MENGUNJUNGI PAMERAN BATU NISAN ACEH SEBAGAI WARISAN BUDAYA ISLAM DI ASIA TENGGARA 15 MEI 2017;
  15. KESULTANAN ACEH NEGARA BERDAULAT PERTAMA YANG MENGAKUI KEMERDEKAAN REPUBLIK BELANDA DARI KERAJAAN SPANYOL DI TAHUN 1602 18 MEI 2017;
  16. SYARIAT ISLAM SIAPA TAKUT 6 JUNI 2017;
  17. SENJA DI MALAKA 14 JUNI 2017;
  18. KRITIK KEPADA SULTAN ISKANDAR MUDA 4 JULI 2017;
  19. HIKAYAT SUKU MANTE 5 JULI 2017;
  20. TEUKU NYAK MAKAM, PAHLAWAN ACEH TANPA KEPALA 30 JULI 2017;
  21. ASAL MUASAL BUDAYA KOPI DI ACEH 1 AGUSTUS 2017;
  22. MUSIBAH TENGGELAMNYA KMP GURITA 6 AGUSTUS 2017;
  23. PERANG ACEH, KISAH KEGAGALAN SNOUCK HURGRONJE 7 AGUSTUS 2017;
  24. ACEH DI MATA KOLONIALIS 8 AGUSTUS 2017;
  25. MELUKIS SEJARAH 10 AGUSTUS 2017;
  26. NASIHAT-NASIHAT C. SNOUCK HURGRONJE SEMASA KEPEGAWAIANNYA KEPADA PEMERINTAH HINDIA BELANDA 1889-1936 14 AGUSTUS 2017;
  27. ACEH SEPANJANG ABAD 16 AGUSTUS 2017;
  28. PERANG DI JALAN ALLAH 30 AGUSTUS 2017;
  29. ACEH DAERAH MODAL 7 SEPTEMBER 2017;
  30. 59 TAHUN ACEH MERDEKA DI BAWAH PEMERINTAHAN RATU 12 SEPTEMBER 2017;
  31. KERAJAAN ACEH PADA JAMAN SULTAN ISKANDAR MUDA (1609-1636) 13 SEPTEMBER 2017;
  32. PERISTIWA KEMERDEKAAN DI ACEH 14 SEPTEMBER 2017;
  33. PASAI DALAM PERJALANAN SEJARAH 17 SEPTEMBER 2017;
  34. MATA UANG EMAS KERAJAAN-KERAJAAN DI ACEH 19 SEPTEMBER 2017;
  35. ATJEH MENDAKWA,SEBUAH BUKU YANG MENJADI SAKSI SEPAK TERJANG PARTAI KOMUNIS INDONESIA DI ACEH 21 SEPTEMBER 2017;
  36. MISI MENCARI MAKAM PARA SULTANAH ACEH 6 OKTOBER 2017;
  37. BERZIARAH KE MAKAM SULTANAH MALIKAH NAHRASYIYAH 8 OKTOBER 2017;
  38. EKSPLOITASI SUMBER DAYA ALAM APAKAH BAGUS UNTUK ACEH 15 OKTOBER 2017;
  39. AROMA MEMIKAT DARI DAPUR ACEH 16 OKTOBER 2017;
  40. TARIKH ACEH DAN NUSANTARA 29 OKTOBER 2017;
  41. PEKUBURAN SERDADU BELANDA PEUCUT KHERKHOF DI BANDA ACEH SEBAGAI SAKSI KEDAHSYATAN PERANG ACEH 11 NOVEMBER 2017;
  42. PEMBERONTAKAN KAUM REPUBLIK KASUS DARUL ISLAM ACEH 17 NOVEMBER 2017;
  43. TUANKU HASYIM WALI NANGGROE YANG DILUPAKAN SEJARAH 19 NOVEMBER 2017;
  44. KOPRS MARSOSE SERDADU PRIBUMI PELAYAN RATU BELANDA 8 DESEMBER 2017;
  45. HIKAYAT-HIKAYAT DARI NEGERI ACEH 16 DESEMBER 2017;
  46. LEGENDA GAJAH PUTIH SEBAGAI ASAL NAMA KABUPATEN BENER MERIAH; 12 JANUARI 2018;
  47. SECANGKIR KOPI DARI ACEH; 22 JANUARI 2018;
  48. ACEH PUNGO (ACEH GILA); 8 FEBRUARI 2018;
  49. SIAPAKAH ORANG ACEH SEBENARNYA; 6 APRIL 2018;
  50. ORANG ACEH DALAM SEJARAH SUMATERA; 15 APRIL 2018;
  51. KETIKA IBNU BATTUTA MELAWAT SAMUDERA PASAI; 16 APRIL 2018;
  52. KISAH HIDUP LAKSAMANA MALAHAYATI; 18 APRIL 2018;
  53. PERANAN LEMBAGA TUHA PEUET DALAM MASYARAKAT ACEH PADA MASA LAMPAU; 5 MEI 2018;
  54. MENYINGKAP MAKNA SYAIR KUTINDHIENG SELAKU MANTRA SIHIR ACEH KUNO; 15 MEI 2018;
  55. SEJARAH KERAJAAN LAMURI; 24 JUNI 2018;
  56. KEBIJAKAN POLITIK ISLAM OLEH SNOUCK HURGRONJE SEBAGAI SARAN KEPADA PEMERINTAH HINDIA BELANDA UNTUK MENGHANCURKAN KEKUATAN ISLAM DI INDONESIA; 25 JUNI 2018;
  57. MASA DEPAN POLITIK DUNIA MELAYU; 28 JULI 2018;
  58. EDISI KHUSUS SERI PAHLAWAN NASIONAL PRANGKO 100 TAHUN CUT NYAK DHIEN; 8 AGUSTUS 2018;
  59. MEMOAR PANGLIMA POLEM SEORANG PEJUANG PERINTIS KEMERDEKAAN; 19 SEPTEMBER 2018;

About tengkuputeh

Cepat seperti angin // Tekun seperti hujan // Bergairah seperti api // Diam seperti gunung // Misterius seperti laut // Kejam seperti badai // Anggun seperti ngarai // Hening seperti hutan // Dalam seperti lembah // Lembut seperti awan // Tangguh seperti karang // Sederhana seperti debu // Menyelimuti seperti udara // Hangat seperti matahari // Luas seperti angkasa // Berserakan seperti debu //
This entry was posted in Cuplikan Sejarah, Kisah-Kisah, Opini and tagged , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , . Bookmark the permalink.