BUKAN ROMAN PICISAN
Pernahkah anda membaca roman? Kisah-kisah legendaris Siti Nurbaya, Sengsara Membawa Nikmat, Layar Terkembang, Salah Asuhan, Katak Ingin Menjadi Lembu, Anak Perawan Di Sarang Penyamun, Jeumpa Aceh, Atheis, Hulubalang Raja, Di Bawah lindungan Ka’bah, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk dan masih banyak lagi yang lain.
Saat ini roman sudah hampir punah dari dunia sastra Indonesia, padahal Roman adalah salah satu bentuk sastra yang terbaik sepanjang sejarah Indonesia. Dalam roman para penulisnya meniupkan ruh perjuangan bangsa Indonesia pada masa penjajahan Belanda, walaupun dengan bentuk yang samar-samar.
Dalam Roman, bahasa Melayu yang nantinya berkembang menjadi bahasa Indonesia pada saat itu menemukan jati dirinya sebagai pemersatu seluruh Hindia Belanda saat itu. Disadari atau tidak sastra pada saat itu telah membentuk sebuah persatuan antara banyak suku di Indonesia pada saat itu.
Roman juga menyatukan kebudayaan Melayu yang telah disekat oleh Belanda-Inggris dalam batas demakrasi kolonialisme yang bernama Traktat Sumatera. Tahukah anda jika Roman-roman Anggatan Pujangga Baru masih menjadi bacaan wajib bagi siswa Sekolah Dasar di negeri jiran, Malaysia sebelum mereka merdeka sampai sekarang.
Yang menjadi pertanyaan apakah yang menjadi perbedaan antara roman dengan novel dan cerpen. Cerpen secara garis besar adalah sebuah cerita yang menceritakan sebuah peristiwa dalam hidup seseorang, Novel secara garis besar adalah sebuah cerita yang menceritakan sebagian kecil kisah kisah hidup seseorang, sedangkan yang terakhir Roman adalah sebuah cerita yang menceritakan tentang sebagian besar kisah hidup seseorang dan bentuk yang terbaik adalah yang menceritakan kisah hidup seseorang dari ia kecil sampai meninggal.
Berdasarkan kategori ini sebenarnya banyak juga novel yang dapat masuk dalam klasifikasi Roman, akan tetapi orang kebanyakan seolah-olah terpaku bahwa roman adalah kisah yang ditulis oleh Anggatan Pujangga Baru dan Anggatan sebelumnya.
Seorang guru juga pernah berkata memabaca roman sangat baik dalam pembangunan karakter, oleh karena dalam roman kita dapat melihat kesuksesan ataupun kegagalan perjalanan hidup seseorang, belajar dari pengalaman hidup seseorang untuk menjadi lebih baik.
- Melanjutkan Perjuangan; 4 Agustus 2008
- Perempuan Aceh Full Power; 4 Agustus 2008
- Jomblo Bukan Berarti Homo; 12 Agustus 2008
- Lebih Menggetarkan Dibanding Asmara; 22 Agustus 2008
- Manajemen Kritik; 18 September 2008
- Temukan Mentor Rahasiamu; 23 September 2008
- Sang Tiran; 15 Oktober 2008
- Yang Muda Yang Berguna; 22 Oktober 2008
- Lughat; 28 November 2008;
- Udik Invation; 15 Desember 2008;
- Membangun Tradisi Baru; 18 Desember 2008;
- Tragedi Andalusia Mungkinkah Berulang; 30 Desember 2008;
- Lautan Yang Tersia-siakan; 23 Januari 2009;
- Hantu; 20 Februari 2009;
- Kekuatan Syair; 3 Maret 2009;
hehhee..jadi inget lagunya Dewa…
anyway, info yang menarik Abu,..makasih 🙂
liza juga waktu SMA suka banget baca roman2. awalnya karena kewajiban, tapi lama2 jadi suka. walaupun roman2 pada angkatan balai pustaka, 45, pujangga baru, itu masih terlalu baku bahasanya. yupz, sangat banyak novel2 sekarang yang kalo dikategorikan sebagai roman. tapi sekarang semua disama ratakan.
Bukan Roman Picisan, Tapi Roman Abramovich (Bos Chelsea) Hahaha. 😆
definisi2 semacam itu memang diperlukan, mas tengku, hehehe … tapi akan lebih bermakna jika langsung saja menyantap teks-nya, baik itu cerpen, novel, atau roman, ketimbang paham definisinya, tapi malah ndak pernah baca, haks. dan saya yakin mas tengku sudah sangat akrab dg teks2 sastra semacam itu. salam budaya. abunya ke mana, mas, kok dah lama ndak muncul?
Saya khawatir dengan budaya lokal yang kelihatannya akan ditelan oleh jaman. Misalnya : wayang kulit
Saya pernah baca buku judulnya “Ketika lampu Berwarna Merah” Karangan Hamsad Rangkuti (biasanya sih dia nulis cerpen).
Entah kenapa buku ini punya cerita yang paling membekas di benak saya dibandingkan buku yang lain.
Itu masuk kriteria roman nggak ?
Jawab…
Mbak Lisa ==> Ahmad dani ya, hehehehe….
Liza ==> Itulah zaman, sejarah memang penting tapi perubahan zaman selalu mengejutkan…
Koetaradja ==> Tentu bukan skuad Roman Emperor, brother…
mas Sawaly ==> Hehehe. saya hanya pembaca amatir mas. Abu segera muncul diepisod selanjutnya…
Tikno ==> Itulah konsekuensi perubahan zaman, ada yg tergilas dan ada yg bertahan…
Deedz ==> Abu blm mebaca buku itu, hrs mencari dulu. Mudah2an segera didapatkan supaya bs diulas…
Lamat-lamat terdengar kalimat: “ajarilah anak-anakmu akan sastra, maka ia akan menjadi pemberani…”
—siapa ya?? 🙂
Hahahaha…
Abang lebih tahu itu siapa???
Ngomong2 Lanang diajarkan Sastra juga kan. Ia adalah anak Indonesia yang berkelana…
mas, ada pdf ato versi elektroniknya buku2nya pramoedya, chairil, ato yang seangkatan sama mereka?
Walah saya kebetulan cuma punya “sengsara membawa nikmat” karya Tulis Sutan Sati. Itu pun bukunya, maklum saya mah orang tradisioanl, lebih mencintai buku…
kalau ada yang tahu minta informasinya (komentar) tetang ‘Kalah Menang’ karya Sutan Takdir Alisyahbana’, trims sebelumnya
nsur ==> sampai skrg Abu belum menemukan roman tersebut…
Pingback: TEORI KEMUNGKINAN | Tengkuputeh
Pingback: SEJARAH JONG ISLAMIETEN BOND | Tengkuputeh
Pingback: MEMOAR HATTA TENTANG PIAGAM JAKARTA | Tengkuputeh
Pingback: GENERASI YANG HILANG | Tengkuputeh
Pingback: LAUTAN YANG TERSIA-SIAKAN | Tengkuputeh
Pingback: JANGAN GOLPUT | Tengkuputeh
Pingback: TOPENG | Tengkuputeh
Pingback: KENAIKKAN BBM SIKAPI DENGAN HARGA DIRI | Tengkuputeh
Pingback: BERPIKIR DAN BERTINDAK | Tengkuputeh
Pingback: PAHAMILAH APAKAH HIDUP DALAM DIRI MANUSIA | Tengkuputeh
Pingback: JOMBLO BUKAN BERARTI HOMO | Tengkuputeh
Pingback: TEMUKAN MENTOR RAHASIAMU | Tengkuputeh
Pingback: ANAK-ANAK | Tengkuputeh
Pingback: TAFSIR SANG PENAFSIR | Tengkuputeh
Pingback: YANG MUDA YANG BERGUNA | Tengkuputeh
Pingback: HANYALAH SEORANG HAMBA | Tengkuputeh
Pingback: MENULIS HARUSKAH PINTAR | Tengkuputeh
Pingback: MENEGAKKAN KEADILAN | Tengkuputeh
Pingback: BATAS | Tengkuputeh