KENAIKKAN BBM SIKAPI DENGAN HARGA DIRI
Tahun 2008. Harga minyak dunia meningkat, BBM pun naik.
Harga minyak dunia meroket, pemerintah berencana menaikkan harga BBM guna memperkecil beban subsidi yang memberatkan APBN. Begitulah berita yang akhir-akhir ini hangat beredar dimasyarakat. Harga barang belum-belum merangkat naik dan dengan segara menjadi bahan pembicaraan hangat di media. Dalam hitungan hari demostrasi melanda Indonesia.
Indonesia negara yang pernah berjaya sebagai pengekspor minyak sekarang merana menjadi negara pengimpor. Blok Cepu yang seyogyanya mampu menjadi cadangan minyak negara ini telah dikangkangi sang kapitalis, Exxon Mobil.
Penulis dalam hal ini bukan bermaksud memprotes kebijakan pemerintah, namun mengajak kita berpikir sisi baiknya dari kenaikan harga minyak tersebut. Pertama, kita harus menyadari bahwa tidak ada jalan lain bagi pemerintah untuk keluar dari krisis ini selain menaikkan harga minyak.
Pajak yang menjadi penyumbang terbesar anggaran pembelanjaan pemerintah tidak mampu mengimbangi laju harga minyak, Dengan hanya mengandalkan pajak sebagai unsur utama pemasukan negara adalah tidak sehat. Negara yang kuat perekonomian sebaiknya membebankan neraca pembayaran pada surplus ekspor-impor.
Marilah kita melihat sisi positif dari kenaikan minyak dunia ini, setidaknya para brooker yang menjual minyak bersubsidi keluar negeri akan kolaps. Kita harus melihat begiu banyak kasus penyeludupan yang hanya menguntungkan oknum tertentu. Jujur saja, Singapura itu akan tetap selamanya kaya oknum-oknum tidak tahu malu dari negara kita masih beredar disana.
Menjual minyak bersubsidi ke negara asing sama halnya dengan menjual negara, apa pasal hak rakyat banyak hanya dinikmati oleh segelintir oknum yang tidak memiliki harga diri sebagai bagian dari bangsa ini.
Kenaikan harga BBM disuatu sisi akan membuat rupiah menguat, mengapa? Kita dapat melihat selama ini betapa negara kita menjadi sasaran pemasaran raksasa industri otomotif dunia. BMW, Marcedez, Jaguar, Honda, Toyota, Kia bahkan Proton menjamuri jalan-jalan negeri ini. Efek negatifnya; devisa kita tersedot, jalanan macet, polusi bertambah, kesenjangan sosial meningkat.
Seluruh negara di dunia terkena dampak kenaikan harga minyak dunia, dari Amerika hingga vatikan sekalipun. Jadi mengapa kita menghabiskan terlalu banyak tenaga untuk meributkannya jika banyak negara yang lebih miskin dari kita di Afrika sana menerimanya sebagai kelaziman.
Maaf saja, terlalu banyak orang yang manja di negeri. Orang-orang yang secara sistematis diuntungkan dengan subsidi bahan bakar minyak, dan jika telisik secara ekonomi mereka adalah orang-orang yang sebenarnya kaya. Mereka yang bermental kerdil akan cepat panas dengan hembusan yang ditiupkan oleh media, yang jelas tugasnya mencari sensasi dalam berita.
Ini bukan propaganda, namun marilah kita melihat ini semua dengan kepala dingin bukan dengan emosional. Tidak ada pernah pemerintah Republik Indonesia berkeinginan berlaku zalim kepada rakyatnya, yang terjadi sebenarnya adalah oknum-oknum yang menjual kepentingan rakyat dengan harga yang murah.
Sebagai bangsa, sudah selazimnya kita menghadapi ini semua dengan penuh harga diri bukannya dengan caci maki apalagi sumpah serapah.
XXX
Beberapa opini lain:
- Melanjutkan Perjuangan; 4 Agustus 2008
- Jomblo Bukan Berarti Homo; 12 Agustus 2008
- Lebih Menggetarkan Dibanding Asmara; 22 Agustus 2008
- Manajemen Kritik; 18 September 2008
- Temukan Mentor Rahasiamu; 23 September 2008
- Sang Tiran; 15 Oktober 2008
- Yang Muda Yang Berguna; 22 Oktober 2008
- Lughat; 28 November 2008;
- Udik Invation; 15 Desember 2008;
- Membangun Tradisi Baru; 18 Desember 2008;
- Tragedi Andalusia Mungkinkah Berulang; 30 Desember 2008;
- Lautan Yang Tersia-siakan; 23 Januari 2009;
- Hantu; 20 Februari 2009;
- Kekuatan Syair; 3 Maret 2009;
- Bukan Roman Picisan; 24 Maret 2009;