CIDUK ASSOSIASI BUDJANG LAPOK
Peristiwa adalah sebuah karya seni manusia, akan menghasilkan hasil berbeda, tak sebangun, persis, sama meski si pelaku adalah orang yang sama. Selalu ada hubungan hal ihwal tak terulang, tak terduga dalam tiap kejadian. Kala manusia mampu berganti wajah dengan mudah, sebenarnya sifat itu tetap, tetapi karakter selalu berkembang. Sehingga menghasilkan perilaku acak pada kondisi berbeda.
Di Bandar, kota yang berjejal, kita melihat ke dalam sebuah lepau nasi yang terselip di dinding teater imajiner, teater dunia. Matahari sepenggalah, hari pertama bekerja setelah libur lebaran. Amish Khan, seseorang dengan kualitas kebaikan besar duduk menyantap nasi. Ia, yang bekerja pada lintah darat, kian hari terlihat makin pucat. Terkadang periuk nasi memaksa seseorang baik bekerja pada pihak yang salah. Disampingnya, Penyair mengelus-elus kumis tipis dan janggut baru terbentuk. Si Penyair ini sebegitu kecewa karena pada acara berbuka puasa di bulan Ramadhan lalu, bertemu dengan teman-teman sekolah, tak banyak yang mengenalinya lagi. Sepuluh tahun selepas masa sekolah merantau membuat Penyair merasa diri terlalu klimis dan lembut. Padahal dulu ketika bersekolah, Penyair miliki kumis dan janggut yang tebal. Sebuah paradoks dunia, seharusnya setiap pengembaraan membuat seseorang semakin garang, bukan semakin dandy. Disisi lain Barbarossa dan Mister Big, para penjaga gudang beras kerajaan ini tampak bergembira, dan memang mereka berdua selalu berbahagia. Pekerjaan mudah, gaji bagus dan sejawat yang kompak, klop sudah.
“Sudahlah Penyair, bukan masalah kumis atau jenggot itu. Siapa pula yang mengenal manusia yang menghabiskan waktu sekolah di perpustakaan membaca manuskrip? Baik dia berbulu atau tidak!” Barbarossa tertawa terbahak, Mister Big juga tertawa namun citranya yang kuat membuatnya hanya cekikikan sambil menutup mulut.
Amish Khan dengan nasi penuh dimulut melihat ke depan, tepat kearah Barbarossa kemudian berpaling kepada Penyair, “Aku pun sebenarnya, kalau tidak dikenalkan oleh Barbarossa setahun lalu, juga tidak mengenalmu Penyair, terlepas kita pernah satu sekolah.”
“Beta juga tidak mengenal dikau sebelumnya, Amish Khan! Kalau Barbarossa sudah lama beta kenal waktu sekolah.” Penyair sewot.
“Aduss, kalian ini. Penyair bertampang garang sewaktu sekolah tapi jadi kutu buku. Lha, Amish Khan ini, tampang cupu tapi bergaul dengan berandal.” Barbarossa mengeleng-gelengkan kepala. “Contohlah aku, bisa bergaul dengan siapa saja. Hahahahaha.”
“Aku pun, meski tidak satu sekolahan dengan kalian. Tapi tidak ada teman sekolahku yang tidak mengenaliku.” Mister Big menaikkan tangan, kebiasaan alamiah menunjukkan otot-otot lengan, jika secara tak sadar ingin menyombongkan diri.
“Mungkin itu, mungkin itu alasan kita berkerja ditempat yang sama. Kitakan anak gaul.”
Barbarossa dan Mister Big diatas angin. Tertawa bahagia, dengan gaya masing-masing. Amish Khan terlihat lebih kesal daripada Penyair. Seekor kuda masuk kepelataran lepau nasi, segera Laksamana Chen masuk tergopoh-gopoh.
“Cepat kabur! Kabur! Ada pencidukan!”
Kerajaan Bandar kerap melakukan pencidukan pada hari pertama bekerja setelah Lebaran, sebuah tindakan guna meningkatkan kedisiplinan pegawai kerajaan, dan sasaran utama adalah lepau nasi, tempat dimana kerap segenap punggawa kerajaan bermalas-malasan. Pasti tim penciduk melewati kedai obat Laksamana Chen, sehingga ia dengan penuh khawatir datang memperingatkan rekan se-assosiasi. Ia menduga masih berbual-bual di lepau nasi dan benar.
“Beta tak berseragam, karena beta penarik cukai. Lagi pula beta adalah pegawai kekhalifahan, tak ada hak Kerajaan Bandar menciduk beta.”
Kerajaan Bandar dan tiga puluh kerajaan lain membentuk sebuah Kekhalifahan, dan pegawai cukai langsung tunduk kepada Khalifah, tidak pada Sultan Bandar. Sehingga amanlah si Penyair. Amish Khan bekerja pada lintah darat partikelir, aman juga. Pandangan beralih kepada Barbarossa dan Mister Big, berseragam lengkap Kerajaan Bandar, berkanji rapi dan kasut berkilat. Merekalah sasaran pencidukkan.
“Mengapa melamun, sebentar lagi mereka tiba. Kabur terus!” Perintah Laksamana Chen terengah-engah. Segera, tanpa kata-kata lagi. Barbarossa dan Mister Big mengambil langkah seribu. Orang-orang lain di Lepau nasi memandang bingung.
“Jiaaaaah, katanya gaul kok takut.” Teriak Amish Khan.
Tak lama kemudian tim pencidukan tiba, mereka sempat melihat seragam Barbarossa dan Mister Big sebelum masuk ke semak-semak. Mereka berteriak memerintahkan menyerah dan mencoba mengejar, namun dua jagoan kita keburu menghilang dan selamatlah mereka.
“Kalian lihat itu Mister Big berlari seperti tikus, dan Barbarossa. Barbarossa seperti Babi.” Amish Khan tertawa keras seraya memegang perut.
Laksamana Chen dan Penyair ikut tertawa, sebuah peristiwa menggelikan tersaji di depan mata. Belum kering ludah Barbarossa dan Mister Big ditampilkan demikian hebat, dengan sedikit perubahan peristiwa, kisah mereka menjadi parodi. Namun bukankah setiap parodi itu menyehatkan. Ada yang menyentuh, mengejutkan dan mempesona disana.
XXXXXXXXXX
Segenap aktor cerita serial Assosiasi Budjang Lapok (ABL) dengan ini mengucapkan : “SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1433 H. MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN. SEMOGA KITA SEMUA MENJADI PRIBADI YANG FITRI KEMBALI”
XXXXXXXXXX
Pingback: UNDANGAN ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | FROM KOETARADJA WITH LOVE
Pingback: LINGKARAN ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | FROM KOETARADJA WITH LOVE
Pingback: PLEDOI ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | FROM KOETARADJA WITH LOVE
Pingback: KURANG ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | FROM KOETARADJA WITH LOVE
Pingback: HILANG ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | FROM KOETARADJA WITH LOVE
Pingback: DENDANG ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | FROM KOETARADJA WITH LOVE
Pingback: PERKASA ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | FROM KOETARADJA WITH LOVE
Pingback: ENIGMA ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | FROM KOETARADJA WITH LOVE
Pingback: ALIANSI ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | FROM KOETARADJA WITH LOVE
Pingback: MEMORI ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | FROM KOETARADJA WITH LOVE
Pingback: BAYANGAN ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | FROM KOETARADJA WITH LOVE
Pingback: MERAJOK ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | FROM KOETARADJA WITH LOVE
Pingback: BATAS ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | FROM KOETARADJA WITH LOVE
Pingback: ILUSI ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | FROM KOETARADJA WITH LOVE
Pingback: EVOLUSI ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | FROM KOETARADJA WITH LOVE
Pingback: BUKU ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | FROM KOETARADJA WITH LOVE
Pingback: VIRTUE ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | FROM KOETARADJA WITH LOVE
Pingback: BERSATULAH ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | Tengkuputeh
Pingback: GEMPAR ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | Tengkuputeh
Pingback: TERLARANG ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | Tengkuputeh
Pingback: RAGA ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | Tengkuputeh
Pingback: BOIKOT ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | Tengkuputeh
Pingback: RISAU ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | Tengkuputeh
Pingback: KRISIS ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | Tengkuputeh
Pingback: BAHAGIA ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | Tengkuputeh
Pingback: BERAI ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | Tengkuputeh
Pingback: LALAI ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | Tengkuputeh
Pingback: UNDANGAN ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | Tengkuputeh
Pingback: LINGKARAN ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | Tengkuputeh
Pingback: BAYANGAN ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | Tengkuputeh
Pingback: MERAJOK ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | Tengkuputeh
Pingback: KURANG ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | Tengkuputeh
Pingback: JAJAK PENDAPAT, ABL TERFAVORIT VERSI PEMBACA | Tengkuputeh
Pingback: KURANG ASSOSIASI BUDJANG LAPOK - TengkuputehTengkuputeh
Pingback: PLEDOI ASSOSIASI BUDJANG LAPOK - TengkuputehTengkuputeh
Pingback: GEMPAR ASSOSIASI BUDJANG LAPOK - TengkuputehTengkuputeh
Pingback: BERSATULAH ASSOSIASI BUDJANG LAPOK - TengkuputehTengkuputeh
Pingback: TERLARANG ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | TengkuputehTengkuputeh
Pingback: PERKASA ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | Tengkuputeh
Pingback: ENIGMA ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | Tengkuputeh
Pingback: NASIB ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | Tengkuputeh
Pingback: AKHIR ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | Tengkuputeh