BOIKOT ASSOSIASI BUDJANG LAPOK
Nama-nama yang muncul dalam Assosiasi Budjang Lapok ada banyak. Tiap nama adalah sebuah anekdot. Tiap nama menampilkan secara utuh apa yang diwakilinya. Merupakan sesuatu yang tidak luas atau besar, dalam kata lain biasa. Peristiwa biasa yang terlewat begitu saja dalam lalu lalang dunia yang begitu cepat.
Ketika sejumlah orang berada bersama di suatu tempat lain hendak mengupayakan hidup yang tanpa penindasan, dan berbicara politik adalah sebuah kemungkinan mengubah dunia. Justru ABL melihat politik sebagai jalan yang musykil. Mereka melibatkan diri pada hal-hal remeh dan sangat kecil bahkan kadang-kadang agak aib, menjengkelkan, dan membosankan. Lepau nasi bagi ABL adalah dimana setiap orang melepaskan rehat dalam sebuah ruang tempat orang bisa asyik berdebat, berembuk, minum-minum, main catur, kalah dengan sebal, dan menang dengan riang, dan asal membayar.
Di dunia yang semakin kekurangan filosof ini. Terdapatlah seorang anak manusia yang di panggil Laksamana Chen. Sebuah nama yang tiada berhubungan dengan kepangkatan militer. Hanya sebuah nama. Mungkin memiliki keterkaitan darah dengan pelaut Tiongkok yang datang ke Bandar ratusan lalu, namun itu semua adalah desas-desus yang mungkin lebih memiliki bukti jika melihat raut wajah Laksamana Chen. Diwaktu remaja Laksamana Chen gemar akan Kungfu dan Wushu dan menguasai banyak jurus padanya, hingga mendapati bahwa dunia ini bukan lagi sebuah dunia persilatan. Laksamana Chen mundur teratur namun dapat dipastikan bahwa dialah yang memiliki ilmu meringankan tubuh tertinggi di Assosisasi Budjang Lapok.
Laksamana Chen yang memiliki wajah timur dengan alis kepak rajawali, pernah Barbarossa mengukur siapa yang memiliki alis paling tebal dan keren di ABL. Pemenangnya tak lain tak bukan adalah adalah Laksamana Chen. Saat ini ia adalah pemilik sebuah kedai obat, setelah tak menekuni lagi dunia Kungfu dan Wushu. Laksamana Chen meracik obat dan berhitung dengan cipoa. Sebuah bidang yang awalnya bukan cita-cita, dan hampir kebanyakan manusia di Bandar tidak bekerja di bidang yang ia inginkan. Menikmati apa yang mampu serta mampu menikmati apa yang ada.
Alkisah di suatu malam yang agak telat di mana hujan deras mengguyur Bandar. Laksamana Chen tergopoh-gopoh menuju lepau nasi. Lepau nasi polong, terkenal dengan kacang polong hijau berbumbu. Merupakan lepau nasi terkemuka di Bandar dan memiliki lima cabang. Dan Polong tiga merupakan nama lepau nasi yang disinggahi oleh Laksamana Chen. Merupakan salah satu lepau nasi yang sering dikunjungi oleh ABL. Sayangnya malam ini Barbarossa sedang bertugas keluar kota untuk membeli persediaan beras kerajaan, sedang Mister Big giliran berjaga, Penyair tidak ada kabar. Yang lain bubar. Maka sendirilah Laksamana Chen di lepau Polong tiga.
Hujan yang deras membuat pelayan malas-malasan, pengunjung tak ramai. Laksamana Chen memesan nasi bebek. Gerimis tiba, cuaca membaik. Laksamana Chen selesai bersantap dan memesan teh susu. Satu persatu pelanggan pulang hingga tinggal Laksamana Chen sendirian. Melinting tembakau, Laksamana Chen mengeluarkan Cipoa. Namun tiba-tiba lepau Polong tiga gelap. Pengusiran paksa dan Laksamana Chen tersinggung berat, membayar dan pergi.
“Apa salahnya mengatakan baik-baik? Seperti kita mengusir pencuri saja!” Barbarossa naik pitam ketika Laksamana Chen menceritakan. Empat besar ABL ada disitu, di lepau depan pelabuhan. Barbarossa, Laksamana Chen, Mister Big dan Penyair. Dengan kesunyian masing-masing.
“Mereka harus kita ultimatum! Mister Big tuliskan kata-kataku ini! Kami, Assosiasi Budjang Lapok dengan ini menyatakan tidak menerima perlakuan pihak lepau polong terhadap anggota kami tersayang Laksamana Chen, maka saya selaku ketua ABL dengan ini menyatakan memboikot lepau polong.” Mister Big mencatat seksama perkataan Barbarossa. Barbarossa merupakan pemimpin cepat dan tangkas, terkadang mengambil keputusan berdasarkan emosi. Dan terukur. Namun ABL terlepas sifat apolitik menerapkan demokrasi centang prenang.
“Untuk apa serius setiap saat Barbarossa? Jika kita hendak memboikot, ya kita boikot. Tak perlu rasanya kita mengirimkan surat segala, lama-lama perilaku kita bagai petugas kerajaan saja, segala macam tetek bengek di bakukan dalam surat menyurat.” Protes si penyair, yang dalam hal ini memiliki antipasti terhadap sikap kelembagaan terlalu.
“Penyair alahai penyair, kesunyian menunjukkan ketidakberdayaan. Dalam hal ini kita harus melawan!” Barbarossa melirik Mister Big, wajahnya menyatakan setuju. Beralih ke Laksamana Chen. Biasanya paling pasif terhadap yang bernama konfrontasi. Alisnya bergerak seolah berkata ikut. Dan sebuah keputusan dimana Laksamana Chen ikut adalah selalu memenangkan pemilihan suara, begitu setidaknya hari ini. Barbarosa melihat sekeliling, ada Azien disitu, tetangga Laksamana Chen sekaligus kerabat. Ia memanggil.
“Azien tolong antarkan surat ini ke warung Polong!” Sebagai belia muda, kalah pamor dan segalanya, Azien menurut saja. ABL pun kembali bercengkarama, tertawa dan bercerita hal lain seolah lupa tentang masalah yang sebelumnya terjadi. Hingga Azien kembali. Langsung menghadap Barbarossa si kepala klan. Kepala Konfederasi Suku ABL. A Patriach.
Sebagai kurir Azien ingin tampil seksama, membetulkan rambut dan melapor, “Jangan ceraikan Polong” Pesan singkat padat dan jelas, menyiratkan kemenangan ABL selaku sekumpulan orang melawan korporasi besar.
“Kemarin kamu boleh bersedih Laksamana Chen, hari ini mari kita bercanda! Rayakan dengan teh susu.” Barbarossa tertawa, entah apa yang terjadi esok. Hari ini biarkan mereka bercanda merayakan kemenangan tak seberapa bagaikan merayakan kemenangan para raja.
XXXXX
asosiasi yg luar biasa ini 😀
Sesuatu yang luarbiasa adalah tetap biasa, dan yang biasa bisa menjadi luarbiasa.
Pingback: RISAU ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | FROM KOETARADJA WITH LOVE
Pingback: BAHAGIA ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | FROM KOETARADJA WITH LOVE
Pingback: BERAI ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | FROM KOETARADJA WITH LOVE
Pingback: LALAI ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | FROM KOETARADJA WITH LOVE
Pingback: CIDUK ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | FROM KOETARADJA WITH LOVE
Pingback: UNDANGAN ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | FROM KOETARADJA WITH LOVE
Pingback: LINGKARAN ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | FROM KOETARADJA WITH LOVE
Pingback: PLEDOI ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | FROM KOETARADJA WITH LOVE
Pingback: KURANG ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | FROM KOETARADJA WITH LOVE
Pingback: HILANG ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | FROM KOETARADJA WITH LOVE
Pingback: DENDANG ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | FROM KOETARADJA WITH LOVE
Pingback: PERKASA ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | FROM KOETARADJA WITH LOVE
Pingback: ENIGMA ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | FROM KOETARADJA WITH LOVE
Pingback: ALIANSI ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | FROM KOETARADJA WITH LOVE
Pingback: MEMORI ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | FROM KOETARADJA WITH LOVE
Pingback: BAYANGAN ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | FROM KOETARADJA WITH LOVE
Pingback: MERAJOK ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | FROM KOETARADJA WITH LOVE
Pingback: BATAS ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | FROM KOETARADJA WITH LOVE
Pingback: ILUSI ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | FROM KOETARADJA WITH LOVE
Pingback: EVOLUSI ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | FROM KOETARADJA WITH LOVE
Pingback: BUKU ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | FROM KOETARADJA WITH LOVE
Pingback: VIRTUE ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | FROM KOETARADJA WITH LOVE
Pingback: BERSATULAH ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | Tengkuputeh
Pingback: GEMPAR ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | Tengkuputeh
Pingback: TERLARANG ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | Tengkuputeh
Pingback: RAGA ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | Tengkuputeh
Pingback: RISAU ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | Tengkuputeh
Pingback: KRISIS ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | Tengkuputeh
Pingback: BAHAGIA ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | Tengkuputeh
Pingback: BERAI ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | Tengkuputeh
Pingback: LALAI ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | Tengkuputeh
Pingback: CIDUK ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | Tengkuputeh
Pingback: UNDANGAN ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | Tengkuputeh
Pingback: LINGKARAN ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | Tengkuputeh
Pingback: BAYANGAN ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | Tengkuputeh
Pingback: MERAJOK ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | Tengkuputeh
Pingback: KURANG ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | Tengkuputeh
Pingback: JAJAK PENDAPAT, ABL TERFAVORIT VERSI PEMBACA | Tengkuputeh
Pingback: REALITAS ASSOSIASI BUDJANG LAPOK - TengkuputehTengkuputeh
Pingback: AKHIR ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | Tengkuputeh
Pingback: NASIB ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | Tengkuputeh
Pingback: AKHIR ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | Tengkuputeh