ALIANSI ASSOSIASI BUDJANG LAPOK

Assosiasi Budjang Lapok, Pada Masa Puncak Kejayaan Organisasi.

ALIANSI ASSOSIASI BUDJANG LAPOK

Kesialan akan mendatangi orang-orang yang menunggunya. Cara mengatasinya adalah menemukan kebahagiaan di sela-sela sempit antara bencana

Everybody changing, but old friends still same

Everybody changing, but old friends still same

Belum jalan sampai pertengahan tahun, Assosiasi telah kehilangan sebahagian besar anggota di lepau nasi. Mau-tidak-mau itu semua adalah hukum alam. Tepat disaat ketika ABL sedang menanjak ke puncak. Kemasyuran organisasi ini berdampak adalah dampak dari beredarnya selebaran tentang mereka, itu tidak bisa dikatakan baik seluruhnya. Dan untuk itu yang menanggungnya adalah mereka tersisa.

Nicholas Saputra sebagai Penyair

Nicholas Saputra sebagai Penyair

Mereka tersisa mau-tidak-mau semakin mengkerucut. Yang pertama adalah Penyair, dalam setiap organisasi sasaran tembak adalah pemegang pena. Seorang seniman kerap memiliki pemikiran aneh, tampilan lembut. Kata kata dari dekade terdahulu, memiliki reputasi baik. Jangan tertipu oleh penampilannya, dia memiliki kelebihan (atau kekejaman) yang tak disadari dan ia sendiri tak (mau) menyadarinya. Banyak mereka telah salah menilai bebatuan disini dan itu menjerumuskan dalam pikiran picik dan secara tidak sadar terjerumus dalam malapetaka. Seorang Penyair ber-mantra lebih berbahaya daripada seribu penyihir. Pemilik pertahanan terkuat.

Tora Sudiro sebagai Tabib Pong

Tora Sudiro sebagai Tabib Pong

Kedua, adalah seorang terlahir sebagai pangeran. Menolak mengakuinya namun diam-diam menikmati privilege tersebut. Seorang yang penuh rahasia, seorang cerdik pandai yang (kerap) mengaku pandir, ahli tipu-tipu. Dia memiliki jiwa yang lembut, dan itu adalah hal yang baik, seperti semua kejahatan memiliki pijakan. Ia yang tampan namun berwajah tak bersahabat, tipe seseorang yang telah mengalami pergulatan pikiran berat dan telah mengambil keputusan. Penyerang terbaik dari Assosiasi.

Reza Rahardian sebagai Barbarossa

Reza Rahardian sebagai Barbarossa

Ketiga, sang masterplan. Perancang skenario Assosiasi, pemilik wajah kebaikan dan kejahatan sekaligus. Seseorang yang tak memiliki satu karakter menonjol pada satu bidang, kecuali berbicara namun mengetahui secara umum (general) hampir keseluruhan ilmu. Seseorang yang memiliki tawa menyebalkan dengan gelombang longitudinal. Jangan tertipu gaya berbicara, terkadang pervert terkadang patriarch, ini orang tidak ragu mengorbankan siapapun demi kepentingannya. Licin sekaligus filosofis. Kapten dari Assosiasi.

Idris Sardi sebagai Mas Jaim

Idris Sardi sebagai Mas Jaim

Keempat, Mas Jaim. Memiliki senyum menawan, tak terduga dan humor aneh. Adalah seseorang yang tidak terukur kedalaman pikiran. Tidak pernah ingin menjadi pejuang, tidak pernah memimpikan darah dan perkelahian brutal. Baginya apa yang dilakukan untuk memperoleh rezeki itu yang dianggap penting, dan juga (tentu) keluarga. Dan demi itu semua, Mas Jaim adalah seorang pejuang, dan telah berkali-kali berjuang.

Rizky Hanggono sebagai Professor Gahul

Rizky Hanggono sebagai Professor Gahul

Kelima, seseorang yang paling banyak menghirup ilmu pengetahuan, namun selalu menahan diri mengungkapkannya. Seorang petualang dari Barat yang telah pulang, membawa cerita-cerita mencengangkan dari negeri nun jauh disana, dibalik kata-kata serampangan yang ia letupkan ada sesuatu yang dalam antara kebenaran, keyakinan dan cita-cita. Ditambah lagi, merupakan anggota ABL yang paling cerewet. Dialah, sang Professor Gahul.

Urutan satu sampai tiga tersisa adalah yang paling berbahaya, semakin berbahaya disetiap saatnya ketika mereka bersama. Mungkin karena usia, atau mungkin karena jumlah semakin susut. Belakangan ini percakapan semakin padat berisi, secara sadar ataupun tidak mereka melakukan tindakan illegal, re-group ABL menjadi Aliansi, dan itu adalah tindakan berbahaya!

X

Matahari petang memetakan bayang-bayang panjang dan sempit pada perbukitan rendah dan jauh di Barat menerangi permukaan bumi sehingga cakrawala seperti bayangan emas bergelombang.

“Dunia tak akan pernah lagi sama!” Keluh Professor Gahul mendapati hanya ada Barbarossa, Mas Jaim, Penyair dan Tabib Pong berhadir di lepau nasi menyambut kepulangannya dari Barat. Padahal ada banyak kerinduan kepada seluruh anggota ABL. Akan tetapi itu tidak menghalanginya bercerita banyak kisah dalam perjalanan panjang selama lima bulan, yang mendengar hanya menatap kagum cerita Professor Gahul, seperti ingin meninggalkan Bandar dan segera mengarungi dunia dibawah langit.

Kemudian Mister Big hadir selesai menyelesaikan menghitung karung beras dari gudang kerajaan, matanya mendelik kepada Barbarossa yang kabur dari tugas. Ia duduk, ia sangat letih telah bekerja sepanjang hari. Tak lama kemudian Tuan Takur juga datang, kali ini dengan wajah segar. Tuan Takur adalah yang paling dekat dengan Professor Gahul terus bertanya tanpa henti tentang petualangan Professor Gahul.

Sayang pertemuan itu tidak lama, ketika keremangan senja kian menggelap Mister Big dan Tuan Takur mohon diri, mereka telah (dan baru) menikah, tak baik pagi pengantin baru di Bandar menghabiskan Maghrib di luar rumah. Tentu saja beberapa anggota ABL terutama Grup Aliansi merasa kecewa,  ada ejekan disini.

Mendapat serangan bertubi, sebelum pergi Mister Big sempat melengguh, “Aliansi memiliki mulut yang tajam dan lancip ya.” Ia mendelik kepada Barbarossa, Penyair dan Tabib Pong. Kritik langsung pada ketidaknyamanan yang ia alami selama ini. Tuan Takur sendiri yang tak paham masalah berlalu riang.

Selepas Maghrib, Professor Gahul dan Mas Jaim juga ingin menyelesaikan beberapa urusan. Akhirnya yang tersisa adalah aliansi, Barbarossa, Penyair dan Tabib Pong. Disinilah inti cerita di mulai.

XX

“Tidakkah kalian merasa bahwa kita terlalu kejam terhadap mereka?” Tanya Tabib Pong. “Dan ini gila!”

“Apanya yang kejam?” Balas Barbarossa.

“Dasar tidak berperasaan! Tidakkah kamu merasa segala ejekan kita kepada anggota ABL yang telah menikah itu menyakitkan hati. Setiap bertemu Amish Khan, Tuan Takur dan Mister Big kita selalu mengejek. Syukur Laksamana Chen semakin jarang bergabung, kalau tidak dia akan kena juga.” Tabib Pong terlepas dari segala kelakuan adalah yang memiliki hati terlembut diantara kedua lawan bicara di depan.

Penyair tak ingin terlalu disalahkan sediri tadi hanya menyimak, kemudian bersuara. “mungkin kita merindukan mereka.”

“Memang!” Kata Tabib Pong. “Mungkin. Mister Big contohnya. Setelah menikah dia sudah lebih matang, atau semacamnya. Dia bisa lebih ramah, tapi juga mengagetkan, lebih bergembira, tapi juga lebih serius daripada dulu. Dia telah berubah, tapi kita belum punya kesempatan banyak untuk melihatnya.”

Agak terkejut dengan apa yang dikeluarkan oleh teman-temannya. “Well, kalau ada perubahan dalam diri mereka, perubahan itu semakin kentara karena kita jarang berbual bersama di lepau nasi seperti dahulu. Itu saja.” Sebuah semi-bantahan dari Barbarossa.

Mereka hening sementara dunia menggelinding berlalu di bawah kaki dengan hembusan angin semilir.

Mencoba mengusir gusar, Penyair berseloroh. “Inilah kita,  orang-orang akan berkata, ayo dengarkan kisah Barbarossa dan Assosiasi Budjang Lapok. Orang lainnya berkata, ia itu adalah salah satu dongeng favoritku. Barbarossa gagah berani, bukan begitu? Dibalas lagi oleh orang pertama bicara tadi, dia paling termasyur, dan itu artinya besar sekali.” Penyair berkata kemudian tertawa terbahak.

“Itu berlebihan,” Tabib Pong tertawa, tawa jernih panjang dari dalam hatinya. Suara semacam itu belum pernah terdengar lagi sejak lama. Seluruh lepau nasi sekonyong-konyong memperhatikan mereka bertiga.

Barbarossa menghiraukan seluruh pandangan, ia juga tertawa dan menambahkan. “Wah Penyair.” Katanya, “mendengar omonganmu entah kenapa membuatku gembira, seolah cerita itu sudah ditulis. Tapi kau melupakan salah satu tokoh utama : Penyair yang berhati teguh. Orang-orang akan berkata, aku ingin mendengarkan lebih banyak tentang Penyair. Mengapa mereka tidak memuat lebih banyak tentang omongannya yang sedikit kuno? Itu justru yang kusukai membuatku tertawa. Dan ABL tak mungkin lengkap tanpa dirinya.

“Nah, Barbarossa,” Kata Tabib Pong, “seharusnya kau tidak membalas kelakar Penyair, situasi kita serius!”

“Begitu juga aku melihatnya Tabib Pong,” Kata Barbarossa, “dan memang begitu. Kita bergerak terlalu lamban. Kau, aku dan Penyair masih terjebak di salah satu bagian terburuk di dalam cerita ini, dan sangat mungkin seseorang akan berkata pada titik ini, hentikan ceritanya. Aku tidak ingin membaca atau mendengarnya lagi.”

“Mungkin,” Kata Penyair, “tapi bukan beta yang akan bicara begitu. Peristiwa yang sudah berlalu dan dijadikan bagian dari cerita memang berbeda.”

Wajah kelakar hilang pada mereka bertiga, “kita mengenal teman-teman kita dengan cukup baik.” Seloroh Barbarossa.

“Cukup baik, sehingga kita merindukan mereka.” Tambah Penyair.

“Jika digabungkan kekuatan kita bersepuluh, tidak ada yang mampu mengalahkan kita, bahkan Warlords sekalipun.” Tabib Pong tersenyum sendiri setelah berbicara kemudian melanjutkan, “Kadang-kadang aku berharap tidak pernah dipertemukan dengan kalian, aku mengalami banyak hal yang belum pernah aku rasakan, aku banyak tertawa dan bertengkar dengan kalian. Dan keparatnya, aku merasa senang sekali. Padahal apa yang aku alami bersama kalian biasa-biasa saja, tapi aku tidak bisa menemukan kelompok yang lebih baik dibandingkan kalian. Dan lepau nasi sialan ini! Aku benci jika harus memasukinya tanpa kalian! Seandainya aku tidak pernah bertemu kalian semua, pasti hidupku lebih baik.” Tabib Pong berkata seolah-olah membenci yang ia katakan.

“Kalau Tuan Tabib mau mendengarkan saran beta,” kata Penyair setengah berbisik, “Tuan Tabib sudah saatnya mencari pendamping yang layak.”

“Bagaimana bisa! Sedang aku harus melanjutkan pendidikan Tabib yang lebih tinggi dahulu, dan itu makan waktu! Kamu sendiri Penyair?” Tabib Pong balik bertanya.

“Perjalanan beta menuju kearah itu masih panjang, masih ada cita-cita tertinggal.” Jawab Penyair lugas. “Bagaimana dengan dirimu?” Ia melirik Barbarossa. “Apakah jalanan pernah berujung bagimu?”

Tawa hambar terlontar dari sela bibir Barbarossa, “Aku melihatnya datang, tapi tidak dalam waktu dekat.” Ia memadamkan pipa, “Tabib Pong jangan resah, kau bisa mempercayai kami untuk mendampingi semua kesulitan sampai akhir yang pahit. Dan bisa mempercayai kami untuk menyimpan rahasia manapun, lebih rapat daripada engkau menyimpannya. Tapi kau tak bisa menyuruh kami membiarkanmu menghadapi masalahmu sendirian, dan pergi tanpa kabar. Kami adalah sahabat-sahabatmu. Bagaimanapun, begitulah. Kami sudah tahu sebagian besar dari apa yang kau khawatirkan. Kami juga sangat takut, tapi kami akan mendampingimu atau mengikutimu seperti anjing pemburu.”

“Hati-hatilah memilih pendamping! Dan hati-hatilah dengan ucapanmu, meski pada sahabat-sahabat terdekat! Musuh memiliki banyak mata-mata dan banyak cara menguping.” Penyair membenarkan sekaligus membantah pernyataan Barbarossa.

“Kalian berdua adalah bajingan penipu!” Kata Tabib Pong pada yang lain. “Tapi terpujilah kalian!” Ia bangkit dan mengibaskan tangan, memasang wajah gusar kemudian tertawa.

XXX

Tiap orang sebenarnya sadar, meski sedang bermimpi karena mimpi mereka bukan sekedar bayangan semu dan ketika terjaga mereka tak akan merasakan kesedihan karena tak ada lagi yang mereka ingat. Jadi mimpi itu bukanlah sesuatu yang kosong

XXXX

KATALOG SERI ABL

  1. GEMPAR
  2. TERLARANG
  3. NASIB
  4. RAGA
  5. BOIKOT
  6. RISAU
  7. BAHAGIA
  8. BERAI
  9. LALAI
  10. CIDUK
  11. UNDANGAN
  12. LINGKARAN
  13. PLEDOI
  14. KURANG
  15. HILANG
  16. DENDANG
  17. PERKASA
  18. ENIGMA
  19. ALIANSI
  20. MEMORI
  21. BAYANGAN
  22. MERAJOK
  23. BATAS
  24. ILUSI
  25. EVOLUSI
  26. BUKU
  27. VIRTUE
  28. REALITAS
  29. KRISIS
  30. BERSATULAH
  31. AKHIR

About tengkuputeh

Cepat seperti angin // Tekun seperti hujan // Bergairah seperti api // Diam seperti gunung // Misterius seperti laut // Kejam seperti badai // Anggun seperti ngarai // Hening seperti hutan // Dalam seperti lembah // Lembut seperti awan // Tangguh seperti karang // Sederhana seperti debu // Menyelimuti seperti udara // Hangat seperti matahari // Luas seperti angkasa // Berserakan seperti debu //
This entry was posted in Cerita, Kisah-Kisah, Kolom and tagged , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , . Bookmark the permalink.

29 Responses to ALIANSI ASSOSIASI BUDJANG LAPOK

  1. Pingback: MEMORI ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | FROM KOETARADJA WITH LOVE

  2. Pingback: BAYANGAN ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | FROM KOETARADJA WITH LOVE

  3. Pingback: MERAJOK ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | FROM KOETARADJA WITH LOVE

  4. Pingback: BATAS ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | FROM KOETARADJA WITH LOVE

  5. Pingback: ILUSI ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | FROM KOETARADJA WITH LOVE

  6. Pingback: EVOLUSI ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | FROM KOETARADJA WITH LOVE

  7. Pingback: BUKU ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | FROM KOETARADJA WITH LOVE

  8. Pingback: VIRTUE ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | FROM KOETARADJA WITH LOVE

  9. Pingback: BERSATULAH ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | Tengkuputeh

  10. Pingback: GEMPAR ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | Tengkuputeh

  11. Pingback: TERLARANG ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | Tengkuputeh

  12. Pingback: RAGA ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | Tengkuputeh

  13. Pingback: BOIKOT ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | Tengkuputeh

  14. Pingback: KRISIS ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | Tengkuputeh

  15. Pingback: BAHAGIA ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | Tengkuputeh

  16. Pingback: BERAI ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | Tengkuputeh

  17. Pingback: LALAI ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | Tengkuputeh

  18. Pingback: CIDUK ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | Tengkuputeh

  19. Pingback: UNDANGAN ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | Tengkuputeh

  20. Pingback: BAYANGAN ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | Tengkuputeh

  21. Pingback: MERAJOK ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | Tengkuputeh

  22. Pingback: KURANG ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | Tengkuputeh

  23. Pingback: JAJAK PENDAPAT, ABL TERFAVORIT VERSI PEMBACA | Tengkuputeh

  24. Pingback: BERAI ASSOSIASI BUDJANG LAPOK - TengkuputehTengkuputeh

  25. Pingback: MEMORI ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | Tengkuputeh

  26. Pingback: AKHIR ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | TengkuputehTengkuputeh

  27. Pingback: NASIB ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | Tengkuputeh

  28. Pingback: RISAU ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | Tengkuputeh

  29. Pingback: AKHIR ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | Tengkuputeh

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.