LINGKARAN ASSOSIASI BUDJANG LAPOK

Setiap perubahan belum tentu berbuah kebaikan, akan tetapi tidak akan ada perbaikan tanpa perubahan.

LINGKARAN ASSOSIASI BUDJANG LAPOK

Setiap perubahan belum tentu berbuah kebaikan, akan tetapi tidak akan ada perbaikan tanpa perubahan. Musim hujan mendatangi kerajaan Bandar bersama sumrigah, hujan adalah pembawa kesuburan, pergantian musim berjalan bersama waktu. Akan tetapi sebuah lingkaran hanya akan berulang pada dirinya, sebuah keabadian yang tak abadi. Di situ, pada waktu yang bergerak Assosiasi Budjang Lapok ada. Di lepau nasi mereka ber-repetisi, tokoh-tokoh yang hadir masih dengan langgam yang sama.

Tahun ini merupakan tahun terburuk, dari yang paling terburuk dari Barbarossa, setelah Santiago sang pelaut menikah, satu persatu sahabat Assosiasi menunjukkan gejala melakukan gerak menjauh. Amish Khan akan segera menikah pada pergantian bulan, pada pergantian tahun Laksamana Chen, Mister Big, Professor Gahul akan segera mengikuti jejak Santiago dan Abuyan. Pada gerak melingkar memang masih ada Tabib Pong, namun apa guna jika sang Tabib jauh di Selatan Bandar, memang masih ada Tuan Takur tapi apa guna jika sang Pangeran “suasana hati” ini semakin jarang menunjukkan batang hidung, tinggallah Penyair yang damai, tapi apa yang bisa diharap pada pencinta kitab yang cenderung asosial? Bahkan jika dunia kiamat sekalipun, si Penyair akan lelap dalam tidur.

Entah praduga atau nyata, Barbarossa ini terjengkang. Sakit parah, butuh waktu seminggu bagi Pemimpin Faksi ABL untuk sembuh kembali. Satu persatu anggota Assosiasi membezuk, namun uniknya dalam daftar hadir tidak satu pun hadir nama seorang perempuan, apalagi anak dara. Terbukti dan pasti, derajat kegaulan menurun drastis. Dalam masa istirahat, dalam masa melihat cicak-cicak di dinding itu terbesitlah sebuah idea, agar Assosiasi bergerak. Dalam gerak yang salah di mata penyair, biasanya penyair nyaris selalu se-idea dengan Barbarossa. Akan tetapi ide Barbarossa untuk memperluas keanggotaan Assosiasi tidak dapat diterima Penyair, ide Assosiasi ini tidak dapat diternakkan. ABL tidak untuk diregenerasikan, Assosiasi hanya dinikmati dalam kelucuan. Begitu pendapat Penyair, akan ada masa melingkar ini berakhir, cukup. Bukan Barbarossa, jika ia kehabisan akal. Sengaja datang lebih awal ke lepau nasi, menyeleksi calon anggota baru ABL, Mas Jaim.

mBoten, mboten napa-napa Barbarossa.”

“Serius Mas Jaim, kau tidak apa-apa ditolak masuk sebagai anggota?”

“Lha, ya, saya kan Cuma ngunandika, Barbarossa. Kalau bisa saya sokur-sokur diterima sebagai anggota assosiasi. Kadang-kadang saya suka bingung sendiri, teman-teman saya sudah tidak mengingat lagi. Entah kemana mereka. Begini, setiap hari hanya kalian yang saya lihat. Sepertinya Assosiasi ini elok tenan. mBok ya, saya boleh bergabung.”

Masalahnya Penyair, Barbarossa menggerutu dalam hati. Mengambil kaleng tembakau, melinting dan menghembuskan asapnya ke langit-langit. Tiba-tiba, tanpa aba-aba Penyair sudah duduk di depan meja Barbarossa.

“Oh, Barbarossa. Kau masih mempertimbangkan menerima Mas Jaim sebagai anggota Assosiasi ya? Bukankah sudah beta katakan, tidak boleh ada yang namanya perekrutan. Apa kata dunia jika kita mengumpulkan segenap bujang di seluruh penjuru Bandar!”

Mas Jaim menunduk, Barbarossa berkilah.

“Kau enak penyair berteman kitab kuno. Aku? Apa jadinya jika satu persatu teman kita sudah tidak memiliki waktu untuk bersantai-santai bersama di lepau nasi. Lihatlah sekarang sobat? Mereka sudah jarang muncul. Dunia ini penyair, tidaklah sama dengan kitab-kitab yang kau baca.”

“Sadarkah kau Barbarossa, hari ini Mas Jaim, besok Bang Tegab, besoknya entah siapa lagi. Tahukan kau, jika kita  bisa dikenakan qanun. Karena menghambat orang-orang menikah di Bandar!”

“Ya bukan. Ning Barbarossa sudah seperti sedulur to, apakah sampeyan tidak ingin bersaudara dengan saya?”

Penyair memandang Mas Jaim dengan ekspresi terheran-heran. Mungkin tidak menyana mendapat pertanyaan begitu dari Mas Jaim.

“Bagaimana Penyair?”

Lubang hidung Penyair kembang-kempis. Membuang muka, entah malu atau terharu. Tetapi tunggu dulu! Terlihat olehnya Amish Khan mampir ke lepau nasi ditemani calon adik iparnya membeli nasi. Penyair melambaikan tangan memanggil, mereka mendekat.

“Barbarossa, Penyair masih begini-begini saja kalian?” Amish Khan tertawa melihat kedua sobatnya, kemudian tersenyum kepada Mas Jaim.

“Kalau beta memang sedari dulu begini, tapi sepertinya Barbarossa mulai kesepian. Dik, cobalah kau carikan jodoh buat abang itu.” Penyair mengajak bicara calon adik ipar Amish Khan seraya menunjuk Barbarossa. Bocah lelaki belasan tahun itu menatap Barbarossa, terkejut.

“Teman saya tidak ada yang mau dengan om-om. Bagaimana dengan ibu kantin sekolah saja.”

Amish Khan dan Barbarossa serentak tertawa dengan irama berbeda, Amish Khan dengan langgam ceria, sedang Barbarossa dengan irama getir. Akan tetapi kata-kata bocah itu bagaikan halilintar ditelinga Penyair. Mas Jaim menunduk, entah mengerti atau tidak.

“Apa kubilang, kalian sudah tua. Saatnya sadar.” Amish Khan tertawa terbahak dan pergi.

“Setua itukah kita, Barbarossa?”

“Iya.”

“Tidakkah kau mengingat ketika sekolah Barbarossa, setua apa itu Ibu kantin? Bukankah calon adik ipar si Amish Khan itu bersekolah sama dengan kita yang dulu?”

“Iya.”

Penyair berpikir, kemudian menatap Mas Jaim.

“Kalau begitu saya terima Mas Jaim sebagai anggota, selanjutnya kita buka pendaftaran Assosiasi kepada siapapun yang mendaftar.  Assosiasi baiknya sebagai organisasi terbuka saja.”

“Terima kasih Penyair, semoga Panjenengan tambah pangestu, tambah mudah rezeki. Karena membela wong cilik seperti saya.” Mata Mas Jaim bersinar senang, berbahagia.

“Mas Jaim, bukan karena itu kau diterima sebagai anggota oleh Penyair. Bukan itu, itu karena dia sudah sadar karena bahwa dia sudah tua juga seperti aku. Bukankah umur dia sendiri lebih tua setahun dari aku.”

Barbarossa tertawa terbahak dengan kekuatan frekuensi penuh, Penyair mencomot kaleng tembakau dari tangan Barbarossa, melinting dengan penuh emosi, menghirup tembakau dengan mata kesal kemudian menghembuskannya ke langit-langit.

Endak mudeng saya.”

“Penyair, kamu suruh dicarikan calon istri juga dengan adiknya Amish Khan?” Goda Barbarossa.

“Tidak perlu! Beta banyak saudara!” Penyair sewot di-touche sejawat.

Barbarossa semakin terbahak, Mas Jaim hanya senyam senyum. Lebaran haji mendekat, beberapa orang masih dalam gerak melingkar.

XXXXXXXXX

Selamat Ulang Tahun ke-27 kepada Tabib Pong. Sahabat kami, kebanggaan kami, assosiasi kami nun jauh di Selatan Bandar.

Tertanda : Barbarossa, Laksamana Chen, Mister Big, Penyair, Professor Gahul, Tuan Takur, Amish Khan, Santiago Si Pelaut, Abuyan, Mas Jaim, Bang Tegab beserta segenap kru Assosiasi Budjang Lapok.

XXXXXXXXXX

KATALOG SERI ABL

  1. GEMPAR
  2. TERLARANG
  3. NASIB
  4. RAGA
  5. BOIKOT
  6. RISAU
  7. BAHAGIA
  8. BERAI
  9. LALAI
  10. CIDUK
  11. UNDANGAN
  12. LINGKARAN
  13. PLEDOI
  14. KURANG
  15. HILANG
  16. DENDANG
  17. PERKASA
  18. ENIGMA
  19. ALIANSI
  20. MEMORI
  21. BAYANGAN
  22. MERAJOK
  23. BATAS
  24. ILUSI
  25. EVOLUSI
  26. BUKU
  27. VIRTUE
  28. REALITAS
  29. KRISIS
  30. BERSATULAH
  31. AKHIR

About tengkuputeh

Cepat seperti angin // Tekun seperti hujan // Bergairah seperti api // Diam seperti gunung // Misterius seperti laut // Kejam seperti badai // Anggun seperti ngarai // Hening seperti hutan // Dalam seperti lembah // Lembut seperti awan // Tangguh seperti karang // Sederhana seperti debu // Menyelimuti seperti udara // Hangat seperti matahari // Luas seperti angkasa // Berserakan seperti debu //
This entry was posted in Cerita, Kisah-Kisah, Kolom and tagged , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , . Bookmark the permalink.

36 Responses to LINGKARAN ASSOSIASI BUDJANG LAPOK

  1. Pingback: PLEDOI ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | FROM KOETARADJA WITH LOVE

  2. Pingback: KURANG ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | FROM KOETARADJA WITH LOVE

  3. Pingback: HILANG ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | FROM KOETARADJA WITH LOVE

  4. Pingback: DENDANG ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | FROM KOETARADJA WITH LOVE

  5. Pingback: PERKASA ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | FROM KOETARADJA WITH LOVE

  6. Pingback: ENIGMA ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | FROM KOETARADJA WITH LOVE

  7. Pingback: ALIANSI ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | FROM KOETARADJA WITH LOVE

  8. Pingback: MEMORI ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | FROM KOETARADJA WITH LOVE

  9. Pingback: BAYANGAN ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | FROM KOETARADJA WITH LOVE

  10. Pingback: MERAJOK ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | FROM KOETARADJA WITH LOVE

  11. Pingback: BATAS ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | FROM KOETARADJA WITH LOVE

  12. Pingback: ILUSI ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | FROM KOETARADJA WITH LOVE

  13. Pingback: EVOLUSI ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | FROM KOETARADJA WITH LOVE

  14. Pingback: BUKU ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | FROM KOETARADJA WITH LOVE

  15. Pingback: VIRTUE ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | FROM KOETARADJA WITH LOVE

  16. Pingback: BERSATULAH ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | Tengkuputeh

  17. Pingback: GEMPAR ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | Tengkuputeh

  18. Pingback: TERLARANG ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | Tengkuputeh

  19. Pingback: RAGA ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | Tengkuputeh

  20. Pingback: BOIKOT ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | Tengkuputeh

  21. Pingback: RISAU ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | Tengkuputeh

  22. Pingback: KRISIS ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | Tengkuputeh

  23. Pingback: BAHAGIA ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | Tengkuputeh

  24. Pingback: BERAI ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | Tengkuputeh

  25. Pingback: LALAI ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | Tengkuputeh

  26. Pingback: CIDUK ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | Tengkuputeh

  27. Pingback: UNDANGAN ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | Tengkuputeh

  28. Pingback: DENDANG ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | Tengkuputeh

  29. Pingback: BAYANGAN ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | Tengkuputeh

  30. Pingback: MERAJOK ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | Tengkuputeh

  31. Pingback: KURANG ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | Tengkuputeh

  32. Pingback: JAJAK PENDAPAT, ABL TERFAVORIT VERSI PEMBACA | Tengkuputeh

  33. Pingback: MERAJOK ASSOSIASI BUDJANG LAPOK - TengkuputehTengkuputeh

  34. Pingback: KRISIS ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | TengkuputehTengkuputeh

  35. Pingback: AKHIR ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | Tengkuputeh

  36. Pingback: NASIB ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | Tengkuputeh

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.