
Kebahagiaan dan kesedihan kejar-mengejar bagai dua hantu penasaran. Sedangkan mereka adalah lintasan yang letih dilewati, tetapi tak bergerak ke mana-mana. Dan, waktu adalah pak tua yang Cuma diam mengamati, angkuh mengamati bandul detiknya yang tak berkompromi.
BATAS ASSOSIASI BUDJANG LAPOK
Garis batas adalah pergulatan panjang antara benturan jati diri, dan titik-titik batas yang menurutnya semu. Baginya, ilusi garis yang memisahkan manusia. Terkadang garis batas adalah sebuah garis imajinier yang sangat dinamis. Garis batas tidak hanya mencerminkan kedinamisan manusia itu sendiri, tetapi juga melukiskan kondisi yang mengubah seluruh sendi kehidupan.
Sejujurnya, tidak ada satu pun Anggota Assosiasi Budjang Lapok yang benar-benar mengenal orang ini. Bisa jadi ia dinilai sebagai seseorang dengan egosentris besar yang menganggap tidak ada orang yang lebih pintar dari dirinya, serta tidak tertarik membicarakan sesuatu diluar dirinya. Seorang penurut di antara kawanan pemberontak, itulah ia sang Professor Gahul. Tak heran, cap kurang dewasa, kurang bertanggungjawab dan setengah robot melekat padanya. Menyaingi Barbarossa, Professor Gahul adalah orang yang memiliki jaringan perkawanan terbanyak. Sayangnya, memiliki banyak teman sama dengan tidak memiliki apa-apa, tidak ada satu pun yang benar-benar dekat dengannya. Professor Gahul, adalah yang terkuat. Karena ia mampu berdiri sendiri, tanpa dukungan Anggota Assosiasi Budjang Lapok lain.
Dia adalah seseorang manusia, manusia (siapapun) yang secara penuh mewakili area abu-abu. Teori relativitas berjalan. Manusia yang penuh paradoks. Bukan tokoh antagonis, bukan pula protoganis. Penuh kebajikan dan juga kekurangan, tapi siapa yang tidak?
Disisi lain ia adalah seseorang yang paling banyak menghirup ilmu pengetahuan, namun selalu menahan diri mengungkapkannya. Seorang petualang dari Barat yang telah pulang, membawa cerita-cerita mencengangkan dari negeri nunjauh disana, dibalik kata-kata serampangan yang ia letupkan ada sesuatu yang dalam antara kebenaran, keyakinan dan cita-cita. Ditambah lagi, merupakan anggota ABL yang paling cerewet. Dialah, sang Professor Gahul.
Seseorang yang telah mencapai segalanya, dibidang akademik. Seseorang yang telah berada di puncak. Maka setelah puncak itu apa? Ketika telah mencapai segalanya, maka yang tersisa adalah kekosongan. Agar kekosongan itu tidak bermetamorfosis menjadi kehampaan, ia harus menemukan tujuan lain. Dan itulah sebabnya (mungkin), ia menikah.
X
Mata yang sama, manusia yang sama, tapi pandangan yang sama sekali lain.
Di tempat yang apik itu, di tengah keriuhan ramai itu. Segala sesuatu berlangsung lugas, cepat dan tangkas. Tiada waktu untuk berleha-leha, semua diatur tepat waktu. Ada perasaan aneh yang hadir ketika Anggota Assosiasi Budjang Lapok datang ke acara pesta pernikahan Professor Gahul. Di dalam gedung megah yang tercipta bagi orang-orang besar itu, di tengah keriuhan manusia dari segala penjuru Bandar berdatangan, sekumpulan ABL seperti titik-titik di tengah pergumulan alam semesta yang sebenarnya tidak tahu apa yang mereka perbuat. Ada mekanisme teknis yang bergerak, perintah dan komando. “Reseved Order Mechamism” tanpa ruang “Chaos” sesuatu yang bukan karakter Assosiasi Budjang Lapok, wajar mereka mengkerutkan kening.
Disaat sesuatu yang seharusnya membahagiakan itu, disaat orang-orang penuh sukacita, yang jelas mereka membutuhkan doa, banyak doa. Mereka datang berdoa untuk seorang sahabat yang selalu hadir di antara mereka, seseorang yang berada di tataran etik dalam bergaul, memiliki hubungan yang paling tidak terlalu dalam di antara mereka, paling tidak dikenali diantara sesama mereka. Tidak pernah menunjukkan wajah asli karakter, dan (seolah) tidak punya kelemahan.
Benarkah?
XX
Setiap kali matahari menyusuri jalan dari cakrawala ke cakrawala, dan setiap kali bulan mengikutinya, dan setiap kali bulan mengikutinya, dan terus saja hari bergulir akan kehidupan yang mereka ukir di belakang, satu demi satu.
Di lepau nasi, di kota Bandar. Barbarossa masih duduk di kursi yang sama, Penyair masih bergulat dengan taburan kitab yang makin hari semakin banyak, Tabib Pong masih berkutat dengan ransel obat-obatan yang selalu ia bawa, Amish Khan tetap berdendang riang serta Laksamana Chen yang tak pernah absen memilin kumis tipis.
“Adakah kalian mengenal Professor Gahul?” Tanya Barbarossa.
“Lucu. Aku juga sedang memikirkannya.” Jawab Tabib Pong.
“Dialah meteor di langit setiap orang. Penuh kesan, tapi dengan cepat melesat hilang.” Analogi Penyair.
“Aku pun bingung, sebentar lagi, aku pikir-pikir dulu.” Laksamana Chen sedang kumat penyakit malas berpikir.
“Suka sekali mengurusi urusan orang lain!” Amish Khan sewot, teman-teman bergosip.
“Sulit menceritakan tentang dia. Beta tidak terlalu mengenal dia.” Penyair pertama kali mengaku. Ia adalah seseorang pujangga, berpikir dengan perasaan wajar ia merasa asing dan tidak mengenali seseorang yang berpikir logis setiap saat.
“Tidak ada di antara kita yang betul-betul mengenal dia, mungkin kamu Barbarossa yang sering berbicara dengan dia?” Secara garis keturunan Tabib Pong dan Professor Gahul memiliki kesamaan gen, dilahirkan dalam darah kebangsawanan. Bedanya adalah, Sang Tabib adalah seorang pemberontak anti kemapanan, sedang Sang Professor adalah orang yang menjalani jalan etik kebangsawanan. Itu yang membedakan mereka, secara nilai.
“Sebenarnya aku juga tidak mengenal dia secara dalam.” Barbarossa mengangkat bahu.
“Saya mengecam kalian! Dia itu adalah seseorang yang sangat sabar dalam menjalankan pendidikannya, dan juga dalam hubungan!” Tiba-tiba Tuan Takur menyeruak dari belakang.
“Sehat Tuan Takur?” Tanya Amish Khan, Laksamana Chen menenangkan Tuan Takur yang terkenal cepat panas dengan menggosok pungungnya.
“Sebenarnya tidak ada manusia yang sepenuhnya baik dan jelek.” Jelas Tabib Pong.
“Kita mengingat dia sebagai seseorang yang paling awal datang ke pesta pernikahan kalian-kalian yang sudah menikah. Serta jangan lupa, dialah orang yang punya inisiatif mengabungkan kita dalam wadah Assosiasi ini. Sekedar mengingatkan Tuan Takur, ini semua awalnya dibentuk untuk mengingatkan kamu yang selalu ingkar janji?” Diantara semua Tabib Pong adalah yang paling tajam analisanya, sekaligus yang paling pedas perkataannya.
Tuan Takur kembang kempis hidung, tersenyum malu-malu.
“Aku setuju dengan Tabib Pong.” Karakter Barbarossa, setuju dengan semua hal. Sangat situasional.
“Ia mengenal kita dengan baik.” Tambah Amish Khan.
Laksamana Chen melirik ke samping. Ia hendak berbicara, namun akhirnya memilih diam saja.
“Hanya saja ia memiliki batas?” Tanya Penyair.
“Iya.” Barbarossa memukul meja. “Ia membangun garis batas ketika bergaul dengan kita, sehingga kita hanya mengenal dia hanya pada tataran kulit luar saja.”
“Wajarkan?” Tanya Amish Khan.
“Suka-suka dialah!” Tuan Takur membenarkan.
“Bagi orang seseorang yang berjalan etik dan kewajaran itu sangat lumrah.” Penyair berpikir.
“Jangan-jangan isinya kosong? Karena jalannya selalu sudah ditentukan?” Tabib Pong tersenyum usil.
“Bukan seperti itu juga, adalah hak seseorang untuk membangun sekat-sekat pembatas dalam pergaulan antara sesama.” Barbarossa mencoba menjadi Patriach, seperti biasa. Dia yang melemparkan pertanyaan di awal, dan ia pula mencoba menyimpulkan.
“Bisa jadi, bisa jadi.” Jawab Amish Khan.
“Mungkin karena itu, kita tidak merasa terlalu kehilangan dia? Seperti kita merasa kehilangan Mister Big yang tidak bergabung malam ini?” Tanya Penyair.
“Mungkin.” Jawab Tabib Pong.
“Aku kehilangan.” Jawab Amish Khan.
“Aku juga!” Tambah Tuan Takur.
“Sama.” Barbarossa selalu mengikuti suara terbanyak, situasional (lagi).
“Sebagai sebuah Assosiasi, kita memiliki fungsi masing-masing. Tidak ada yang namanya tidak kehilangan, hanya kadarnya berbeda.” Tabib Pong mengeluarkan analisanya lagi.
“Itu maksud kami. Bukan tidak sama sekali.” Bela Penyair.
Mereka terdiam, meninggalkan sebuah tanda tanya besar. Siapakah sahabat mereka ini yang tadi menikah tadi? Akan tetapi sebenarnya manusia pun ketika ditanya, jangan orang lain melainkan dirinya sendiri. Anda Siapa? Tidak akan mampu menjelaskan secara penuh. Dan tanda tanya yang sama itu mengantungi setiap atom di alam semesta, bukan ekslusif milik manusia saja. Hanya ekspresinya saja yang berbeda-beda. Perubahan cuaca, gempa bumi, kemunculan spesies baru, kepunahan, sampai matahari terbit dan tenggelam, mereka digulirkan oleh tanda tanya. (Mungkin) tanda tanya itulah substansi dasar yang mempersatukan kita semua. Seluruh alam semesta ini. Sebab kita tahu ada yang tetap tersembunyi, ada misteri yang tak mungkin dianggap sebagai problem untuk kecerdasan kita. Manusia menjadi bersyukur justru dengan berendah hati.
XXX
KATALOG SERI ABL
Pingback: ILUSI ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | FROM KOETARADJA WITH LOVE
Pingback: EVOLUSI ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | FROM KOETARADJA WITH LOVE
Pingback: BUKU ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | FROM KOETARADJA WITH LOVE
Pingback: VIRTUE ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | FROM KOETARADJA WITH LOVE
Pingback: GEMPAR ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | Tengkuputeh
Pingback: TERLARANG ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | Tengkuputeh
Pingback: BAYANGAN ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | Tengkuputeh
Pingback: AKHIR ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | TengkuputehTengkuputeh
Pingback: AKHIR ASSOSIASI BUDJANG LAPOK | Tengkuputeh