KETIKA IKARUS JATUH

Kita ingat sayap Ikarus yang mencoba menggapai matahari. Ia tak (akan) sampai.

KETIKA IKARUS JATUH

Pada suatu hari, Ikarus, yang terpenjara di Pulau Kreta, ingin melarikan diri melalui udara, terbang. Ayahnya Daedalus, seorang penemu, membuatkannya sayap. Bulu-bulu burung Garuda pun dihimpun dan ditata, dan akhirnya sepasang sayap pun jadi, direkatkan dengan lilin ke tubuh si anak. Ia terbang, tapi ia terbang terlalu tinggi, mendekati matahari. Lilin pun meleleh oleh panas surya, dan sayap pun tanggal. Ikarus jatuh ke bumi, ke laut Aegea. Ia tenggelam dan mati.

Mitologi Yunani tak memaparkan sebuah kecelakaan yang menyedihkan ataupun sebuah peristiwa yang dramatis. Justru sebaliknya, komedi. Hidup yang normal tampaknya tak terguncang oleh nasib seseorang yang tengah dan direnggut maut. Bahwa yang terjadi bukanlah sebuah tragedi, melainkan sesuatu yang lucu, seperti tergelincir kulit pisang? Tak berhargakah jiwa anak itu, apa kesalahannya? Pertanyaan itu memang mengusik. Sebuah tragedi yang dibiarkan berlalu tanpa arti.

Adakah kalah segala-galanya? Tidak, semoga tidak.

Adakah kalah segala-galanya? Tidak, semoga tidak.

Barangkali nasib malang Ikarus, kisah seorang anak muda yang terbang dan tak sampai, adalah bagian dari kehidupan sehari-hari, ada petani yang bekerja dan kapal berniaga, tapi ada pula orang yang berikhtiar tapi gawal. Atau mungkin Ikarus sebuah contoh kesia-siaan menusia yang takabur dan lupa berhati-hati. Maka jika ia terjerembab dan mati biarlah. Mungkin, hidup lebih baik dijalani dengan menerima kenikmatan yang ada, seperti pengembala yang mensyukuri musim yang jernih. Atau lebih baik hidup ditempuh dengan cara yang jujur, dengan membajak bumi dengan mengarungi laut. Kenapa Ikarus tak meniru pengaru yang tekun, pengembala yang sabar, dan saudagar yang makmur di kapal itu? Kenapa ia harus melanggar kodrat manusia yang sudah ditetapkan, yakni ia bukan burung?

Jika semudah itu kita menentukan arti kodrat, kita akan terkecoh dengan merumuskan “kodrat” atau “hakikat”, kita tak akan pernah menduga suatu ketika manusia akan mampu menembus rumus itu. Ikarus memang gagal, tapi seandainya tak ada orang yang berani mencoba terbang, memerdekakan diri dan jadi “ganjil” dunia akan tetap seperti abad pertengahan. Tak ada Wright bersaudara, dua orang Amerika yang pada tahun 1903 dengan sebuah mesin bisa terbang selama 10 menit di sebuah lapangan di North Carolina dan dengan itu membuka jalan manusia untuk menjelajah udara, seperti burung, bahkan melebihi burung, hingga langit tak menakutkan lagi.

Ketika kita gagal. Seperti, ketika kita sebagai murid berhadapan dengan guru yang semakin puas dengan semakin banyak membuat muridnya tinggal kelas. Kita bersyukur, kita bukan Ikarus. Kita hidup, ia mati. Hidup menakjubkan karena kita, di suatu hari yang sedih, ternyata bisa memetik buah jeruk yang ranum, dan mencicipinya, dan membaginya.

Adakah kalah segala-galanya? Tidak, semoga tidak.

Kita akan selalu mendapatkan hangat dan cahayanya,  kita senantiasa berikhtiar kesana. Tapi mungkinkah mencapai langit itu, dengan laku, darah, doa, dan besi sekalipun? Mungkin tidak, tapi hidup berarti bukan karena mencapai. Hidup berarti karena mencari.

Kita ingat sayap Ikarus yang mencoba menggapai matahari. Ia tak (akan) sampai.

XXX

Katalog Hikmah:

  1. Kekuatan Syair; 3 Maret 2009;
  2. Malam Ini Biarkanku Menyendiri; 20 April 2009;
  3. Menyerahkan Nasib Pada Takdir; 3 September 2009;
  4. Menegakkan Keadilan; 3 November 2009;
  5. Andalusia Sayup-Sayup Suaramu Sampai; 23 September 2010;
  6. Pahit; 8 Maret 2012;
  7. Kenangan Ayahanda; 24 Maret 2014;
  8. Nun; 3 Desember 2014;
  9. Persahabatan Kambing Dan Serigala; 19 Desember 2014;
  10. Pesan Kepada Penguasa; 17 Januari 2015;
  11. Bagaimana Mengubah Timah Hitam Menjadi Emas; 11 April 2015;
  12. Momentum; 18 Mei 2015;
  13. Khusyuk; 14 Juli 2015;
  14. Ibrahim; 20 September 2015;
  15. Hijrah; 14 Oktober 2015;

About tengkuputeh

Cepat seperti angin // Tekun seperti hujan // Bergairah seperti api // Diam seperti gunung // Misterius seperti laut // Kejam seperti badai // Anggun seperti ngarai // Hening seperti hutan // Dalam seperti lembah // Lembut seperti awan // Tangguh seperti karang // Sederhana seperti debu // Menyelimuti seperti udara // Hangat seperti matahari // Luas seperti angkasa // Berserakan seperti debu //
This entry was posted in Cerita, Kisah-Kisah, Kolom, Literature, Mari Berpikir, Pengembangan diri and tagged , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , . Bookmark the permalink.

1 Response to KETIKA IKARUS JATUH

  1. Pingback: THE FALL OF ICARUS, WHEN A MAN TRIES TO REACH THE SUN | Tengkuputeh

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.