Jika penjajahan melahirkan luka prasangka maka selayaknya kemerdekaan membuat kita mampu merajut kebersamaan, bersatulah bangsaku!
Van de Vereenigde Nederlandsche Provintien (Perserikatan Propinsi-propinsi Nederland) yang dikomandoi de Hereen XVII (Tujuh Belas orang anggota Dewan Negara Belanda) bukanlah negara yang kuat di Eropah sana. Namun mengapa kita bisa dijajah oleh negeri kerdil yang luasnya tak lebih besar dari Provinsi Jambi ditambah Bengkulu tersebut? Mereka yang negerinya dibawah laut, dan berjuang untuk tidak tenggelam dengan membangun bendungan-bendungan raksasa menjadi penguasa kokoh dinegeri kita selama hampir 350 tahun!

Kapal-kapal VOC, adalah para bajak laut berkulit putih, memproklamirkan misi peradaban ke negara-negara di Nusantara. Meski jelas, tujuan di belakang mereka datang ke kepulauan yang ada untuk “menjajah” penduduk asli.
Buku-buku pelajaran sejarah di sekolah memberitahu kepada kita bahwa Belanda mempraktekkan politik devide at impera sehingga menguasai negeri tercantik didunia ini. Kita semua tahu itu, tapi mengapa kita tidak pernah mau belajar dari sejarah. Rasa curiga antar suku dinegara kita adalah politik Belanda yang masih membekas dinegeri yang telah merdeka ini. Dengan membawa Perwira Mangkunegara Ario Gondo Sisworo bersama Perwira Paku Alam, Raden Mas Panji Pakukuning. Pada ekspedisi Perang Aceh kedua Tanggal 9 Desember 1873, Belanda secara cerdik melimpahkan kekesalan rakyat Aceh bukan hanya kepada mereka. Sesuatu hal yang tidak rasional mengingat sejarah membuktikan bahwa mesjid-mesjid di Jawa berdoa untuk kemenangan bagi Sultan Aceh kala itu.
Atas usul Muhammad Arif asal Minangkabau maka dibentuklah pasukan Marsose, laskar buru sergap andalan Belanda yang khusus dibentuk untuk Perang Aceh begitu propaganda pejabat Gouvernur-Generall. Sederhana, tapi mematikan. Selentingan kabar disebarkan oleh mereka bahwa adat Minang berbasis Matrilineal yang berarti menentang syariat Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW. Hal ini menambah kecurigaan masyarakat Serambi Mekkah kepada orang-orang yang berasal dari Ranah Minang yang secara kebudayaan tidak bisa bertemu langsung karena disekat oleh Buffter Area oleh Belanda yaitu tanah Batak.
Padahal jika dikaji secara mendalam jelas bahwa adat minang memiliki prinsip “Adat bersendi syara’, syara’ bersendi Kitabullah”. Memainkan prasangka Belanda adalah ahlinya dan sayangnya di era kemerdekaan sekarang sebagian besar dari kita masih belum mampu menghapus pola pikir yang secara paksa ditanamkan di kepala kita oleh penjajah tersebut.
Di tanah Jawa, Belanda memainkan isu pesisiran dan pedalaman, antara Sunda-Jawa mereka mengipasi isu Perang Bubat, di Maluku mereka menanam bom waktu dalam pertentangan Islam-Kristen. Dan masih banyak lagi intrik-intrik VOC jika dengan seksama kita meneliti yang tujuannya jelas untuk melanggengkan kekuasaan mereka di negeri ini.
Adalah merupakan ironi bahwa dinegara yang telah merdeka lebih dari 63 tahun ini masih terjebak dalam opini yang sama seperti ketika masih dijajah oleh Belanda. Ternyata setelah sekian lama mereka angkat kaki dari bumi pertiwi, politik keji mereka masih tersisa di tanah tumpah darah kita.
Jujur harus kita akui bahwa banyak pemimpin negeri ini atau bahkan diri kita sendiri masih berpikir dalam ruang lingkup kesukuan yang menghambat penyatuan kita sebagai bangsa yang besar. Penting bagi kita untuk berpikir secara global dan melepaskan segala prasangka untuk membangun negara tercinta ini, sekali lagi bersatu seperti ketika segenap rakyat Indonesia bahu membahu mengusir mereka pada era Perang Kemerdekaan.
“Asal kita setia kepada hukum sejarah asal kita bersatu dan memiliki tekad baja, kita bisa memindahkan Gunung Semeru atau Gunung Kinibalu sekalipun.” Pidato Sukarno 17 Agustus 1956. Bengan bersatu maka tidak ada hal yang tidak bisa dicapai oleh bangsa ini. Maka demi kejayaan bangsa tercinta, wahai anak negeri sadarlah dan mari kita rapatkan barisan.
Beberapa opini lainnya:
- Kenaikan BBM, Sikapi Dengan Harga diri; 3 Agustus 2008
- Melanjutkan Perjuangan; 4 Agustus 2008
- Perempuan Aceh Full Power; 4 Agustus 2008
- Jomblo Bukan Berarti Homo; 12 Agustus 2008
- Lebih Menggetarkan Dibanding Asmara; 22 Agustus 2008
- Manajemen Kritik; 18 September 2008
- Temukan Mentor Rahasiamu; 23 September 2008
- Sang Tiran; 15 Oktober 2008
- Yang Muda Yang Berguna; 22 Oktober 2008
- Lughat; 28 November 2008;
- Udik Invation; 15 Desember 2008;
- Membangun Tradisi Baru; 18 Desember 2008;
- Tragedi Andalusia Mungkinkah Berulang; 30 Desember 2008;
- Lautan Yang Tersia-siakan; 23 Januari 2009;
- Hantu; 20 Februari 2009;
Pingback: PENGULANGAN SEJARAH | Tengkuputeh
Pingback: SEJARAH JONG ISLAMIETEN BOND | Tengkuputeh
Pingback: SEJARAH JONG ISLAMIETEN BOND | TengkuputehTengkuputeh
Pingback: GENERASI YANG HILANG | Tengkuputeh
Pingback: LAUTAN YANG TERSIA-SIAKAN | Tengkuputeh
Pingback: MANAJEMEN KRITIK | Tengkuputeh
Pingback: YANG MUDA YANG BERGUNA | Tengkuputeh
Pingback: LUGHAT | Tengkuputeh