
Pion adalah prajurit, dalam kisah apapun nasibnya tidak dituliskan. Sebagaimana sejarah sedikit menulis keberadaan orang-orang kecil.
NASIB PARA PION
Bidak berseragam hitam dan putih menantap laga dengan semangat membara. Dalam seluruh permainan mereka paling banyak, posisinya ditempatkan digaris depan, bisa hitam bisa putih. Maju selangkah demi selangkah menyongsong lawan. Dalam langkah pertama ia dapat maju 2 langkah dan tidak ada yang menghambat jalan ini. Selanjutnya adalah jalan terjal yang penuh bau anyir darah. Ia, yang tak bisa mundur, terus maju walau maut menanti. Tujuannya satu menjadi perwira, hasil sebuah perjuangan.
Didepan pertempuran tentu sulit, dalam langkah terbatas ia menyerang hanya dengan menyilang. Selebihnya menunggu mati, satu demi satu. Dalam pertarungan yang katanya adil namun juga sebenarnya tak adil. Ia sering kali dijadikan tameng atau korban dalam pertempuran.
Ia yang harus tahu diri, harus siap disekolahkan menjadi perwira menengah sekaligus melindungi raja atau membuka jalan bagi sekolah bidak yang lain. Ia bisa mendapat promosi bila mencapai kotak terakhir di sisi lawan, sesuatu yang harapannya terjangkau tapi hanya keajaiban mampu meraihnya. Ia bisa mengantikan para perwira yang terlebih dahulu dilumat lawan, kecuali raja. Dalam teori kemungkinan, kematian adalah sebuah keniscayaan daripada kemampuan menjadi perwira.
Maka harusnya ia bergiat tanpa pamrih, ditempa oleh banyak hal. Menjadi pionir bukan lagi soal rasa diri tapi hasil yang lebih besar, kemenangan. Maka hanya sebuah kepuasaan batin harusnya bagi dia lebih dari cukup. Bidak adalah daun-daun kering yang berguguran yang kematiannya memberi jalan bagi daun-daun muda segar dapat hidup.
Pion adalah prajurit, dalam kisah apapun nasibnya tidak dituliskan. Sebagaimana sejarah sedikit menulis keberadaan orang-orang kecil. Tapi mereka adalah jiwa permainan catur, dengan segala kemampuan terbatas, bidak sering menentukan sifat dan hasil permainan. Untuk kemudian dilupakan.
Katalog Oase:
- Raja Hati Vs Perdana Menteri Otak; 3 Agustus 2008
- Hari yang Indah; 4 Agustus 2008
- Bidadari Fakta atau Fiksi; 12 September 2008
- Tafsir Sang Penafsir; 19 September 2008
- Pahamilah Apakah Hidup Dalam Diri Manusia; 22 September 2008
- Topeng; 9 Oktober 2008
- Hanyalah Seorang Hamba; 20 November 2008;
- Terima Kasih Telah Menolakku Kemarin; 34 November 2008;
- Melebihi Keangkuhan Iblis; 5 Desember 2008;
- Malam Yang Tertaklukkan; 10 Desember 2008;
- Tuhan Izinkan Hamba Untuk Tidak Jatuh Cinta; 13 Januari 2009;
- Menjadi Seseorang; 27 Januari 2009;
- Kehidupan Yang Terkadang Paradoks; 30 Januari 2009;
- Hantu; 20 Februari 2009;
- Kekuatan Syair; 3 Maret 2009;
Pingback: THE FATE OF THE PAWNS | Tengkuputeh
Pingback: MANUSIA SEMESTA | Tengkuputeh
Pingback: APA ARTI MASA DEPAN | Tengkuputeh