BIDADARI FAKTA ATAU FIKSI
Ditempat ini, tiada pula cintaku bersisa. Oh tidak, karena cintaku akan selalu ada, kemana pun jiwaku mengembara. Apakah yang membedakan inspirasi dan imajinasi? Dalam mengarang inspirasi bersumber dari pengalaman atau kejadian yang kita lihat. Sedang imajinasi adalah sesuatu yang berasal dari pemikiran. Seorang penulis yang baik adalah seseorang yang mampu mengkombinasikan keduanya, dan jika harus memilih salah satu adalah lebih baik jika bersandar pada imajinasi, karena ia tak berbatas berbeda dengan inspirasi tidak selalu datang setiap saat.
Aku telah bersepakat dengan diriku sendiri bahwa akan mengubur apa yang dinamakan cinta. Aku tak membenci akan adanya cinta, namun cinta telah melukai diriku sehingga cinta yang membuatku menjauhinya. Cinta itu sendiri yang membimbingku untuk menghindarinya. Cinta telah menodai keyakinanku pada cinta itu sendiri. Apakah salah jika aku menolak cinta? Munafikkah jika aku menafikan adanya cinta dalam hatiku? Cinta hanya menjadikan manusia sebagai budak belaka. Cinta telah membuatku dewasa untuk mengerti, sekaligus memaafkan kelakuanku. Butuh waktu untuk memahami bahwa cinta adalah keindahan memerlukan penafsiran yang utuh dan menyeluruh, saat ini cinta bagiku hanyalah luka yang membawa pada sebuah pilihan, membentengi diri dari pesonanya sekuat mungkin, sekukuh yang kubisa. Cinta, jasad, jiwa dan segala sesuatu di diri ini maafkan aku yang belum siap menerimamu kembali
Adakah hal diatas adalah fakta (inspirasi) atau fiksi (imajinasi)? Sebenarnya sebagai penulis sangat tidak baik membuka rahasia. Namun banyak kritik membuat penulis harus berbicara.
Penulis dalam menulis puisi, sesuai text book lebih bergantung pada imajinasi. Tanpa bermaksud mengharu biru, tanpa bermaksud menolak datangnya cinta hanya menulis apa yang ada didalam isi kepala. Salahkah ia? Akan menjadi salah jika ia seolah menjadi menipu kepada banyak orang, namun dari segi kesusastraan ia benar, bebas. Segenap kritik dari banyak teman membuat penulis membuka jati diri sumber penulisan ini. Bahwa perempuan yang penulis sering ceritakan adalah sosok unreal, ia hanya bayangan yang penulis susun berdasarkan sebuah puisi bertahun lalu.
Angin laut bernyanyi sepi
Burung di awang terbang rendah
Saksikan riwayat hidup bergulir
Alam selalu menyimpan misteri
Kembalilah kesini wahai sertakan selendang indahmu
Hadirkan mimpi abadi sepanjang masa
Tak terlukiskan, tak terbayangkan
Kala siang takluk akan malam
Aku masih bermohon padamu
Menembus awan ‘tuk turun kebumi
Dalam sempurnanya ciptaan Tuhan
Banda Aceh, 20 Agustus 2001
Bagi sebagian orang sosok bidadari tersebut terlihat sangat nyata. Apakah itu karena penulis mampu mengaduk perasaan banyak orang melalui imajinasi tanpa batas ataukah memang berbakat menjadi seorang penipu ulung. Untuk berbagai kesalahpahaman penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Sesungguh pun ketika jiwa ragaku terpenjara, pikiranku bebas mengembara. Mengunjungi negeri-negeri nun jauh. Berperang disamping para Sultan, berunding dengan para Emir, menunggangi kuda terbaik dipadang stepa Mongol, membelah rimba raksasa Afrika, memandangi selat Bophorus, atau hanya bercengkrama ditaman-taman kota Sevilla.
XXX
Baca juga: KISAH KISAH PETUALANGAN SI ABU
hmmmm…tinggi. Keknya saya lom sampe kearah sana mas. Masih dalam tahp belajar merangkai kata.
yA kita sama-sama belajar mbak iis
eh, fiksi dan gaib, sama agak? 🙂 🙂
Emang sama bang? Kalau gaib jadinya jin dunk….
Tapi gaib juga masuk akal kok, lha kan dia tidak terlihat oleh mata manusia. Buktinya belum pernah ada manusia hidup ngaku melihat bidadari sungguhan. Atau harus menunggu mati dulu baru bisa melihat sosok bidadari?
Pingback: NASIB PARA PION | Tengkuputeh
Pingback: SEBUAH PERJALANAN SEBUAH CERITA | Tengkuputeh
Pingback: KEHIDUPAN YANG TERKADANG PARADOKS | Tengkuputeh
Pingback: TAFSIR SANG PENAFSIR | Tengkuputeh