SENJAKALA KATA

Kitab Futuhat al-illiyat Karangan Syeikh Sulaiman al-Jamal. Tafsir Kitab al-Jalalain juz 3. Isi menceritakan tafsir Surat al-Kahfi.

SENJAKALA KATA

Pernah ada masa buku-buku menjadi sumber hikmat yang tak pernah ada habisnya, hikmat di dalamnya menjadi perbendaharaan yang tak pernah habis dibelanjakan, kekayaan yang tak akan rusak maupun habis karena diberi-berikan. Kini perhiasan yang tak mau usang itu, yang pernah menjadi kesenangan yang tak mungkin habis masanya, habis sudah masa jayanya. Zaman bergeser, bacaan semakin banyak, Buku-buku tergantikan oleh tulisan-tulisan singkat di media sosial. Setelah itu muncul badai yang sesungguhnya, video telah mengantikan tulisan-tulisan itu, kata dikalahkan oleh visual.

Sebagaimana syair digantikan nyanyian, sebagaimana kata berima naik turun harus menghadapi kata-kata yang diiringi melodi. Begitulah kata-kata dalam bentuk tulisan dikalahkan oleh gambar berkata-kata. Mungkin itulah dunia, dinamis, generasi baru muncul dengan kebiasan-biasaan baharu, yang lebih modern, zaman lama kian jauh, bahkan menjauhi seolah-olah berabad-abad lalu padahal belum dua atau tiga kata-kata.

Buku telah menjadi makam, sebagaimana nisan-nisan zaman lama berinskripsi, ia masih hadir di zaman ini, tapi hanya menatap dari tepi jalan, terlihat sakral namun tak terpedulikan. Kata-kata telah menemukan senjanya dalam bentuk tulisan itu. Tiap-tiap sesuatu ada sejarahnya. Candi-candi besar dan indah punya sejarah masing-masing. Di antaranya ada yang sudah diketahui orang riwayatnya dengan seksama, maka tentulah buah pikiran yang dipusakakannya, sebagai pencari jalan keselamatan dunia dan akhirat, riwayatnya lebih berguna dipelajari.

Buah pikiran yang indah-indah, ibarat bukit batu, kokoh. Sesungguhnya zaman berkisar, kemajuan manusia senantiasa bertambah tinggi dan keadaan di muka bumi selalu berubah-ubah, tapi hikmat kekal dan abadi. Ia tak lapuk kena hujan, tak lekang kena panas. Kunjungilah buku-buku itu, makam-makam tua, urailah barang sekedarnya, agar bertambah mahal harganya di mata arif bijaksana. Kata-kata mungkin telah mengalami senjakala, tapi bukankah senja itu adalah sebuah bentuk keindahan, wujud cahaya terakhir sebelum disergap kegelapan.

Beberapa renungan terakhir:

  1. Jangan Mencintai Lautan; 3 April 2019;
  2. Syair Perahu oleh Hamzah Fansuri; 3 April 2019;
  3. Seorang Tanpa Nama Tanpa Gelar; 15 Mei 2019;
  4. Membaca Angin Menghindari Badai; 28 September 2019;
  5. Perjalanan Yang Luar Biasa; 4 Desember 2019;
  6. Sunyi; 19 Maret 2020;
  7. Apa Arti Masa Depan; 10 Juli 2020;
  8. Perahu Baa Mencapai Alif; 23 September 2020;
  9. Penjara Pikiran; 9 Oktober 2020;
  10. Semerbak Aroma Angsana di Banda Aceh; 30 November 2020;
  11. Derita; 14 Juli 2021;
  12. Alamanak Akan Terus Berganti; 4 Januari 2022;
  13. Prosa Alam Gayo Lues; 12 Agustus 2022;
  14. Gelas Kehidupan; 16 Desember 2022;
  15. Bagaimana Mengelola Harta Menurut Hikayat Kalilah wa Dimnah; 8 April 2024;

About tengkuputeh

Cepat seperti angin // Tekun seperti hujan // Bergairah seperti api // Diam seperti gunung // Misterius seperti laut // Kejam seperti badai // Anggun seperti ngarai // Hening seperti hutan // Dalam seperti lembah // Lembut seperti awan // Tangguh seperti karang // Sederhana seperti debu // Menyelimuti seperti udara // Hangat seperti matahari // Luas seperti angkasa // Berserakan seperti debu //
This entry was posted in Kolom, Mari Berpikir, Opini and tagged , , , , , , , , , , , , . Bookmark the permalink.

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.