BUMI, BULAT ATAU HAMPA

Mengajar

BUMI, BULAT ATAU HAMPA

Kisah percakapan imajinier seorang Bocah yang mempertanyakan bentuk bumi.

“Anak-anak ada yang tahu bentuk bumi?” Seorang guru melemparkan pertanyaan di kelas.

Seorang murid mengacungkan tangan “Bentuk bumi ini hampa bu.” Sambungnya percaya diri.

Guru IPA tersebut hanya bisa menggaruk-garuk kepala, “Menurut penelitian bumi itu bulat, dan telah dibuktikan secara ilmiah memangnya dari mana kamu dapat pelajaran bumi itu hampa?”

Jeh, Ibu ni! Ini perkataan ulama tidak mungkin salah! Karena ulama itu pewaris nabi bu.” Anak tersebut mantap.

“Siapa nama ulama yang mengatakan kepada kamu Hanafiah?” Tanya guru tersebut penasaran.

“Ibu boleh tidak percaya perkataan saya, tapi ini Tengku Salek Pungo yang bilang bu.” Hanafiah dengan penuh keyakinan

XXXX

“Saya tidak pernah berkata seperti itu!” Pernahkah teman-teman melihat wajah TSP gusar? Kalau belum bayangkanlah, ini saatnya karena wajah beliau sangat…….

“Saya cuma bilang bahwa dunia ini hanyalah tempat persinggahan sementara menuju akhirat, kenapa si Hanafiah malah menafsirkan bahwa dunia ini hampa.” TSP mengusap-usap janggut putihnya.

“Jadi saya harus bagaimana? Hanafiah itu baru kelas 3 SD umurnya saja baru 8 Tahun dan pasti dia tidak akan menerima penjelasan dari saya Tengku.” Ibu guru tersebut berkeluh kesah kepada TSP.

“Salah tafsir seperti ini tidak bisa dibiarkan.” TSP menggeleng-gelengkan kepala.

Raut muka TSP seperti layaknya Hamzah Fansuri Ar-Raniry yang merasa kecewa ketika perkataannya disalahartikan oleh murid-murid beliau di Abad 17 dulu, sehingga sempat memunculkan ajaran Wihdatul Wujud di Aceh Darussalam sebelum akhirnya ditumpas habis oleh Syeh Abdul Rauf Syiah Kuala selaku Kadli Malikul Adil.

Melihat hal itu Abu yang kebetulan berada disitu, meski sudah berusaha menahan tapi tidak bisa tidak keluar juga tertawa cekikikan. Namun segera menahan kembali demi melihat mata TSP.

“Ilmu alam itu bukan bagian Tengku, makanya kalau kurang ilmu jangan asal bicara.” Celutuk Abu asbun.

“Ana tidak asal bicara bu, cuma si Hanafiah saja yang salah mengartikan atau ……” Suara TSP terputus.

“Atau kamu Abu cukup ilmu untuk meluruskan ini semua” Mulut TSP tersenyum manis namun matanya memvonis Abu.

XXXX

“Mulut itu harus dijaga, inilah akibatnya, benar kata pepatah mulutmu harimaumu. Sekarang malah saya yang harus menyelesaikan masalah Tengku Salek Pungo, bagaimana pula caranya ini ya?” Abu ngomel dalam hati sambil berjalan kearah anak-anak SD yang sedang bermain bola sepak.

“Muhammad Hanafiah, kemari sebentar!” Jurus pertama, panggil dia dengan nama lengkap. Biasanya anak-anak suka dipanggil seperti itu, hehehe tawa Abu dalam hati.

Hanafiah segera menghentikan permainannya dan menuju ke arah Abu.

Salam lekom om Abu.” Hanafiah mengangkat tangan.

2-0! Pertama dia mengingatkan Abu untuk memberi salam, kedua Abu paling benci dipanggil oom.

“Waalaikum salam warahmatullahi wabarakatuh.” Kali ini Abu tidak ingin salah langkah lagi, makanya menjawab dengan lengkap biar tidak kentara malunya.

“Ada apa om Abu? Hanafi sekarang sibuk.”

“Ini anak berkarakter, masih kelas 3 SD sudah bisa mengucapkan kata sibuk untuk permainan bolanya, ada kemungkinan dimasa depan bisa menjadi anggota Tim Nasional neh. Halah, bukan itu tujuan kamu kesini Abu!” Pikiran Abu kok malah jadi ngawur.

“Muhammad Hanafiah, saya dengar kamu ada problem ya disekolah.” Jurus kedua, pakai bahasa Inggris biar kelihatan intelek. Plus Abu menggunakan kata saya untuk menghindari pengucapan om.

“Yang mana? Oh yang itu mah bukan blem om Abu, Cuma perbedaan pendapat saja.”

“Perbedaan pendapat yang bagaimana?” Abu pura-pura tidak tahu.

“Ini guru Hanafi bilang bumi ini bentuknya bulat, sedang menurut yang Hanafi tahu dari Tengku Dalek dunia ini hampa. Biasalah orang tua tidak mau mendengar kebenaran dari orang muda.”

“Analisa dari mana ini? Anak seumur ini, bisa berpikir seperti itu. Jangan-jangan ini ulahnya TSP neh.” Gerutuk Abu dalam hati.

“Kapan Tengku Salek Pungo berkata seperti itu?” Tanya Abu.

“Pas pengajian abis isya malam selasa lalu, om Abu sih sok sibuk jadinya sering absen makanya tidak tahu perkembangan terbaru.”

3-0! Lagi-lagi sindirannya maut coy……

“Setahu saya, Tengku Salek punggo Cuma bilang bahwa dunia ini hanya tempat persinggahan bukannya hampa.” Langkah ketiga, segera luruskan masalah, lelah juga berdebat dengan anak berumur 8 tahun.

“Itukan hanya permainan kata-kata, masakan om Abu tidak tahu.”

Lha, ini dia masalahnya penafsiran kata-kata sendiri oleh si Muhammad Hanafiah.

Ngomong-ngomong, si Muhammad Hanafiah jago juga ngeles, darimana lagi kalau bukan dari TSP anak ini mendapatkan ilmu bersilat lidah.

“Jelas beda dong, salah satu kata bisa besar akibatnya.” Abu mencoba meyakinkan salah satu kader TSP ini.

“Begitu ya? Tapi Bulat dan tempat persinggahan juga bedakan? Berarti saya benar dong.” Katanya.

Justifikasi dari mana ini? Abu hanya bisa menggaruk-garuk kepala.

“Begini Hanafiah.” Kali ini Abu harus merendahkan ego, berjongkok untuk melihat sosok Hanafiah bukannya hanya dari atas.

“Lihatlah diri Hanafiah, secara fisik seorang Muhammad Hanafiah memiliki wajah yang tampan seperti Hitrik Rosan, namun secara sifat Muhammad Hanafiah orangnya baik, sabar dan tekun.” Jurus keempat, sisipi kebenaran dengan pujian.

“Begitu juga Bumi yang kita tinggali ini, secara fisik ia bulat walaupun tidak sepenuhnya bulat. Secara sifat dia hanyalah tempat persinggahan sementara menuju tujuan akhir kita.” Mudah-mudahan ijtihad dadakan Abu ini benar, kalau salah bisa panjang ceritanya ini kebelakang.

“Yang benar om Abu.” Tanyanya, syukurlah esensi maksud Abu sudah mulai tertangkap dari matanya yang bercahaya.

“Untuk apa saya berbohong” Abu terpaksa bersilat lidah, karena merasa tidak terlalu yakin dengan perkataan sendiri.

“Yang benar saya mirip Hitrik Rosan?” Tanyanya tersenyum sambil memegang dagunya bergaya.

“Ya kira-kira begitulah Hanafiah, cuma bukan itu maksud saya yang utama melainkan bumi yang kita bicarakan tadi.” Abu kesal sekesalnya tapi mencoba untuk tetap sabar, lha logikanya anak-anak.

“Hahaha, apa yang om Abu katakan tadi masuk ke kepala saya kok tapi…” Suara Muhammad Hanafiah terputus karena ia menoleh kearah teman-teman sepermainannya yang memanggil untuk melanjutkan permainan.

“Tapi apa?” Abu tidak mau kehilangan momen jadi harus sedikit memaksa.

“Tapi om Abu bukan ulama, bukan pewaris nabi jadi Hanafi harus menanyakan lagi kepada Tengku Salek.” 4-0! Ini namanya pembantaian habis-habisan, Abu membayangkan Headline sebuah tabloid olah raga AbuNawas FC di cukur 0-4 oleh Hanafiah FC.

Namun Abu harus memunculkan wajah tenang

“Bagus, itulah yang saya harapkan dan kamu Muhammad Hanafiah harus melakukan itu, supaya tidak salah persepsi.” Ketika terdesak gunakan Jurus kelima bahasa tinggi.

“Kalau begitu, sekarang Hanafi mau sambung main bolanya om. Okey.” Ia pun berlari menghampiri teman-temannya kembali bermain bola sepak.

Huh, Abu menarik nafas lega. Jurus Terakhir, biar TSP yang menyelesaikannya. Penjelasan beliau nantinya akan lebih mudah diterima otak si Hanafiah daripada uraian Abu, TSP yang berbuat maka seharusnya beliau juga yang harus bertanggung jawab. Mudah-mudahan sedikit penerangan dari Abu kepada Hanafiah bisa membantu beliau dan bukannya malah membuat TSP tambah susah.

Ngomong-ngomong Abu penasaran bagaimana penjelasan TSP nantinya kepada Muhammad Hanafiah. Apa sebaiknya Abu tanya saja ya? Tapi nggak ah, Abu kapok dengan yang satu ini. Lebih baik diam saja akh….

XXX

Baca juga: KISAH KISAH PETUALANGAN SI ABU

About tengkuputeh

Cepat seperti angin // Tekun seperti hujan // Bergairah seperti api // Diam seperti gunung // Misterius seperti laut // Kejam seperti badai // Anggun seperti ngarai // Hening seperti hutan // Dalam seperti lembah // Lembut seperti awan // Tangguh seperti karang // Sederhana seperti debu // Menyelimuti seperti udara // Hangat seperti matahari // Luas seperti angkasa // Berserakan seperti debu //
This entry was posted in Asal Usil, Cerita, Kisah-Kisah, Kolom, Mari Berpikir, Pengembangan diri and tagged , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , . Bookmark the permalink.

9 Responses to BUMI, BULAT ATAU HAMPA

  1. Neo Agustina says:

    yang masalah hanafiah ole banget… apa ini anekdot ya..?kalo di bilang komedi ja gak kan..?
    keren deh gak da comentar…pas dengan seharian orang anak2 aceh yang pintar tapi gak kesalurkan..?
    lagi2 omongan amatir….(o^)

  2. Jay says:

    Yah itulah anak2…
    Hanafiah mungkin tipe anak yg keritis dan berpendirian serta tdk mudah terpengaruh.
    Ya gurunya atau ortu harus bisa menjelaskan secara logis…

  3. Ozan says:

    Saya juga penasaran, bagaimana TSP menjelaskan kepada MH.

  4. tengkuputeh says:

    jAWAb

    Neo ==> ndak masalah, segala sesuatu bermulai dari amatir…
    Jay ==> Tapi Hanafiah itu bikin pusing, tapi menghibur juga seh….
    Ozan ==> Abu ndak berani nanya kelanjutan kisah ini lagi takut dibantai lagi, halah…

  5. ini postingan yang menyangkut masalah yang sering menjadi bahasan kaum sufi, hiks. hanafiah, anak yang cerdas. dia sudah sanggup menafsirkan apa yang dia dengar dg alur pikirannya sendiri. anak2 yang memiliki talenta seperti ini memang butuh pendampingan orang2 terdekat yang mampu menggunakan pendakatan psikologi perkembangan secara tepat.

  6. tengkuputeh says:

    Muhammad Hanafiah, memang cerdas. Cuma kadang-kadang sok tahu dia tuh. Abu jadi kesal…

  7. Pingback: TERIMA KASIH PADA SASTRA | FROM KOETARADJA WITH LOVE

  8. Pingback: SEGALA SESUATU MEMILIKI ASAL MULA | Tengkuputeh

  9. Pingback: SEGALA SESUATU MEMILIKI ASAL MULA - TengkuputehTengkuputeh

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.