PROPOSAL KAWIN
Percayalah pada usia tertentu, pada tahap tertentu, seorang pria atau perempuan yang belum menikah bisa menjadi (hal) buruk.
Apalagi yang kurang? Tampang, umur, kemapanan, materil, sprirituil semuanya kurang. Tapi kalau indikatornya kecukupan seberapapun kita berusaha tidak akan cukup, kerena sesuai dengan prinsip Ekonomi bahwa keinginan itu tidak terbatas. Ya kalau kita tidak mencoba, bagaimana kita tahu kemampuan kita. Ketika Abu mengajukan proposal tersebut ibunya Abu kelihatan terkejut, padahal sudah setiap tahun dalam tiga tahun belakangan ini beliau menolak aplikasi Abu.
“Kamu itu masih anak-anak, kok minta kawin?” Seloroh beliau.
“Anak-anak apaan, lha sekarang sudah 24.” Tidak biasa-biasanya Abu menuakan diri.
“Kamu ini terlalu manja, terkadang kekanak-kanakan jadi belum layak!” Aduh rahasia perusahaan Abu jangan diobral dong bu.
“Itu semua bisa berubah bu, seiring jalannya waktu.” Abu tidak mau kalah.
“Emangnya kamu tahu menikah itu untuk apa?” Gawat! Ibu Abu menanyakan esensi menikah itu apa.
“Ya sama dengan orang lainlah, gitu aja kok repot.” Gampang saja Abu menjawab.
“Itu namanya ikut tren dan bukannya hasil pemikiran kamu.” Vonis beliau.
“Kalau seandaimya pendapat orang lain itu lebih baik mengapa tidak?” Balik Abu.
“kamu itu dibilang orang tua kok ngeyel nak?” Bisa dibilang ini adalah jurus umum orang tua untuk menolak keinginan anaknya.
“Apa pernah Abu membantah? Dulu sepulang sekolah Abu mengurus kambing terus pas liburannya jualan sayur dipasar? Pokoknya segala yang pernah Ibu minta Abu turuti kan dari dulu, jadi Abu ini tidak pernah ngeyel bu.” Abu sedikit mengungkit jasa masa lalu, hehehe.
“Kamu itu kalau dibilangin selalu seperti ini, persis seperti almarhum bapakmu.” Waduh ibu Abu menggunakan jurus mautnya, namun tiba-tiba suara beliau melunak.
“Jadi kamu itu di Lhokseumawe sudah punya calon?” Sontak wajah Abu memerah.
“Ya belum.” Jawab Abu malu-malu.
“Lha ini, pacaran saja seumur hidup tidak pernah sekarang malah berani minta kawin.” Ibu Abu tersenyum penuh kemenangan, padahal beliau yang melarang Abu untuk pacaran.
“Ya itukan karena…….” Suara Abu terputus.
“Pokoknya Ibu belum mengikhlaskan kamu untuk menikah.” Skak mat sudah. Tahun ini proposal Abu diveto oleh Dewan Keamanan Persekutuan Keluarga Abu, tapi tak apalah tahun ini boleh gagal tapi tahun depan akan Abu coba lagi, Genbato Abu.
Ketika mengantarkan Abu berangkat menuju Lhokseumawe diterminal bus Banda Aceh, beliau berbisik. “Awas kamu Abu kalau ibu mendengar kamu macam-macam disana ya! Baik-baik disana, ibu akan menyiapkan calon buat kamu.” Ancam beliau.
Emangnya ini zamannya Datuk Maringgih apa? Kok pake perjodohan segala? Tapi sudahlah untuk sementara Abu tidak mau membahas lebih lanjut, dan bus pun segera berangkat.
Baca juga: KISAH KISAH PETUALANGAN SI ABU
sabar aja yah!usaha lg!yg jls kamu harus hindari nikah diam2 krn skrg sdg ngetren akibat org tua tdk mengizini anak2 mrka utk sgera menikah.kamu ambil aja hikmah’a!
hehehe, oce dech….
Pingback: SEGALA SESUATU MEMILIKI ASAL MULA | Tengkuputeh