
Suatu hari kita akan menziarahi jasad sendiri, sesampai di jalan kecil ini, sebuah pusara di sebuah lapangan terbuka batang-batang kamboja, jarak, dan angin. Rindu yang membuat kita merasa kenangan pernah ada.
WAKTU ADALAH KEHIDUPAN
Tiap kali kita tercenung di depan kalender yang hampir habis, pergantian tanggal sudah berjalan bertahun-tahun dalam hidup. Millenium dan abad dalam sosok yang tak terjangkau, tapi keduanya adalah fenomena yang bersamaan. Seribu tahun, seratus tahun menyadarkan kita bahwa orang per orang masing-masing akan tiada, tapi kita tak pernah sendirian. Generasi demi generasi sebelumnya bersambungan, bermacam orang berada dalam ruas waktu yang sama, meski tak saling kenal, dan tak saling berpapasan. Sementara di langit tetap, satu, sama seperti dulu.
Sementara seribu tahun, ratusan ribu tahun dalam waktu, hitungan yang membuat kita kecut, umur rata-rata manusia tak pernah mencapai selaksa itu. Waktu adalah matematika, angka berbaris-baris dalam deret ukur, deret waktu. Sebuah teori mengatakan bahwa usia waktu adalah 40 Milyar tahun. Selama itu waktu berkelana, memberikan kesempatan kepada setiap harapan, menarik batas atas setiap kehidupan.
Sahabat Abu, Jhon Slow, teman makan siang, teman futsal, teman jogging, rekan sekantor, seorang rekan yang tangguh untuk membahas berbagai omong kosong, seperti halnya beda pengucapan huruf “e” dalam apel (buah) dan apel (upacara), mengatakan bahwa ia tahun ini sudah bertugas 6 tahun di Aceh dan telah berhak mengajukan pindah ke kampung halamannya. Ya, akhirnya perpisahan itu semakin dekat.
Manusia adalah makhluk ruang dan waktu. Setiap pertemuan, setiap gerak, setiap papasan di dunia yang kita kenal saat ini memiliki tiga dimensi ruang yaitu panjang, lebar dan tinggi (gabungan ketiganya biasa disebut volume), bila ditambahkan dengan dimensi waktu, akan muncul keempat yaitu waktu kosong. Disitulah kenangan hadir, sebagaimana kalian sendiri pasti juga punya kenangan indah, sedih atau apapun rasa apapun namanya dengan orang-orang yang tidak akan pernah kita jumpai (lagi) di dunia ini.
Itulah hidup adalah cerita tentang kedatangan dan kepergian, kita dan segenap yang dicintai di dunia ini adalah kefanaan semata. Saran Abu kepada Jhon Slow adalah menjalani waktu-waktu persahabatan ini dengan sebaik-baiknya kesabaran dan kebaikan, menikmati segalanya karena (mungkin) kelak apa yang kami tertawakan, obrolkan atau kesalkan akan menjadi kenangan semata. Luasnya penugasan di Republik Indonesia ini, dalam perjalanan waktu berjalan, (mungkin) kami tak akan pernah lagi berada dalam dimensi ruang yang sama lagi.
Sebagaimana ada kemungkinan kiamat itu memang sudah terjadi, dan kita semua hari ini di hari penghakiman itu sedang menonton layar, dengan mata kita sebagai kameranya. Apa-apa yang telah kita lakukan semasa hidup. Karena di hari itu waktu telah musnah, dan peristiwa telah berakhir, disitu kita baru menyadari bahwa waktu pernah memberikan pemahaman, kebingungan, kegembiraan, penyesalan. Waktu membangun, menumbuhkan, memelihara, merengkuh menyekap, membinasakan serta meninggalkan jejak.
Maka di hari itu, jangan sampai ada penyesalan, harusnya adalah kelegaan bahwa kita telah hidup sebaik-baiknya, mengambil keputusan setepat-tepatnya dalam keadaan tersulit sekali pun. Ingatlah bahwa kesabaran adalah akar dari semua ketenangan selamanya. Untuk apa memandang murka musuh-musuh, jika hanya tahu untuk menaklukkan. Untuk mengerti kenapa harus kalah, adalah menemukan kesalahan diri sendiri ketimbang orang lain.
Suatu hari kita akan menziarahi jasad sendiri, sesampai di jalan kecil ini, sebuah pusara di sebuah lapangan terbuka batang-batang kamboja, jarak, dan angin. Rindu yang membuat kita merasa kenangan pernah ada.
Apa yang telah terjadi, apa yang telah berlaku, adalah sebaik-baik pilihan, sebaik-baiknya keadaan. Jika itu yang berlaku dalam perasaan maka tidak ada yang akan disesali lagi, malah (mungkin) kita mampu menghidu syukur dan tafakur dengan khidmat.
Waktu menantang pertempuran yang tak akan pernah kita (manusia) menangkan, karena waktu adalah hukum pertama kehidupan. Bahkan Tuhan bersumpah demi waktu. Maka biarkanlah waktu musnah bersama ruang nantinya, usah risaukan ketika kehidupan usai. Harapan kita adalah berada di sisi-Nya, di hari disaat sangkakala ditiupkan.
Selamat ulang tahun, Abu. Hiduplah sebagai manusia, walaupun pada akhirnya akan menemui kematian.
Jangan dilewatkan KISAH KISAH PETUALANGAN SI ABU