
You is not exactly blessed with a towering intellect, gluttony, or “gula” is deadly sin and lack positive effects.
GLUTTONOUS
Pelan pelan, tahun demi tahun berjalan. Bulan silih berganti datang, manusia digerus waktu. Di setiap hari, pada jalan-jalan sama, perasaan yang tak pernah berubah. Adakah yang salah?
Orang bijak berkata, bertahun-tahun dalam perang yang panjang, kita kehilangan sebegitu banyak orang pintar, berprinsip, dan setia. Menyisakan mereka yang bermuka dua. Namun dalam sebenarnya dalam kedamaian, kita kehilangan sikap, kedisplinan serta kemarahan yang membuat hidup lebih bergairah.
Dalam renungan, aku mencoba mengingat masa-masa lalu yang penuh tak kepastian, semangat berjuang yang membuatmu tak mudah menyerah. Ada waktu kau tak merasa raksasa, bukan siapa-siapa. Terbuka untuk menjadi apa saja, dan menyerap segalanya.
Sebelum kau menjadi terlalu pemarah, sebelum kau serakah, sebelum kau “merasa” perkasa. Dalam ketakutan dan sengsara, kau belajar memahami perasaan mereka yang kalah. Yang tersingkir, dan menangis untuk mereka yang teraniaya. Bahwa bersenang bersama memang menyenangkan, tapi akan lebih menyenangkan, ketika dalam keadaan sulit tetap mempedulikan. Sadarkah kau ketika merasa unggul dan lebih hebat dari orang lain, disitulah awal sebuah kekalahan.
Aku berbicara tentang kau! Bukan para pemimpin negeri, bukan para koruptor di televisi. Aku berbicara tentang kau, yang terlihat jelas di depan cermin. Seseorang yang di waktu kecil mempunyai impian besar, dan ketika besar hanya punya kenyataan kecil.
Aku merindukan masa-masa di mana masalah terbesar dalam hidup, hanyalah sebatas nilai ulangan jelek, dan takut dimarahi mama karena ketahuan merokok. Sekarang, aku melihat gambar babi, dan aku (kau) di cermin dengan pandangan berulang, sampai titik dimana aku tak mampu membedakan satu sama lain.
Dan ketika Ramadhan datang, kuharap engkau suci (fitrah) kembali.
makin kaya makin rakus 😀
Iya teresa
Pingback: GLUTTONY | Tengkuputeh
Pingback: MUHASABAH | Tengkuputeh