MANUSIA ADALAH SAMUDERA

upus Tragedi Sinemata terbitan pertama tahun 1987 penerbit gramedia

Lupus Tragedi Sinemata terbitan pertama tahun 1987 penerbit gramedia

MANUSIA ADALAH SAMUDERA

“Kau (manusia) bukanlah setetes air dalam samudera, (tapi) kau adalah samudera dalam (bentuk) sebuah tetesan.” –Jalaluddin Rumi-

Antara tahun 1988-1989 di kota Meulaboh, waktu itu Abu berumur 4-5 tahun kira-kira. Sepanjang tembok-tembok kota dihiasi oleh banyak coretan seorang berjambul yang mengeluarkan gelembung permen karet dari mulutnya. Zaman itu, kata mendominasi, sebuah tulisan fiksi ternyata bisa merasuk sukma kita secara bersamaan. Waktu itu TVRI masih memonopoli segala jenis informasi, belum ada televisi swasta berdiri, sumber informasi lain ketika itu adalah radio, terutama waktu itu Abu belum bisa membaca tapi (sudah) tahu bahwa serial Lupus sedang hits. Mendengar abang-abang kelas 3 SD sudah berbicara tentang tebak-tebakan Lupus, dalam hati Abu berkata, amboy hebatnya juga jika suatu hari nanti sudah bisa membaca. Pada 9 Maret 2022 Hilman Hariwijaya meninggal dunia, Abu baru tersadar betapa sudah lama juga Abu melupakannya.

Beberapa tahun kemudian Abu bisa membaca, mulai membaca kisah-kisah fiksi yang menceritakan tentang berbagai tokoh di dalam buku, lebih menyenangkan untuk menyelami fiksi ketimbang kenyataan. Mungkin karena manusia (sebenarnya) terlalu kompleks untuk digambarkan secara keseluruhan di atas kertas, dan juga (mungkin) sebagian kisahnya terlalu membosankan. (Oleh karena itu penulis bisa mengatakan tokoh Abu dalam serial ini juga adalah fiksi adanya). Cerita adalah kumpulan kalimat, kalimat adalah kumpulan kata. Kata adalah kata, kita cinta karena kata-kata, kita percaya karena kata-kata, nasib (kita) terperangkap dalam kata.

Iklan perumahan di Jakarta Barat tahun 1990

Iklan perumahan di Jakarta Barat tahun 1990 dengan semboyan “Bebas polusi, segar dan diciptakan khusus bagi keluarga bahagia untuk menyongsong tahun 2000” dengan varian : Type 36 (luas tanah 100m2 Rp. 12.500.000); Type 45 (luas tanah 120m2 Rp. 14.000.000); Type 58 (luas tanah 135m2 Rp. 21.000.000). Sumber Majalah ASRI.

Waktu Abu masih remaja, kisaran tahun pertengahan tahun 90-an, di kampung kami ada anak orang kaya, sebutlah namanya Nakata. Dia ketika kami mengatakan sebagai anak orang kaya secara mentah-mentah menolak dan menyatakan bahwa dia orang biasa. Sepulang bermain bola sore hari di kampung bersama-sama kami semua membaca tabloid (almarhum) BOLA, dahulu sepakbola luar negeri terasa sangat jauh, dan cara menjangkaunya adalah melalui surat kabar. Hampir semuanya sudah punah, kalau pun masih ada yang hidup rasanya hari ini seperti dinosaurus. Kemudian perputaran waktu berjalan sebegitu cepat, permainan mesti harus berakhir, beranjak dewasa untuk kemudian menghadapi problematika masing-masing. Sebuah generasi akan menemui senjanya sendiri. Hari yang baru telah disiapkan untuk generasi yang baharu pula. Bukankah itu sudah terjadi sepanjang zaman?

Tahun 2022, manusia dijejali informasi yang berlimpah. Fenomena paling gress adalah “Grazy Rich” yang kemudian melakukan flexing dan menghebohkan jagad nitizen tahun ini. Inilah zaman ketika youtube bercerita tentang gaya hidup orang kaya dan termasyur, menampilkan mobil-mobil mewah, cincin berlian mahal, serta pakaian-pakaian mahal. Dengan barang-barang mahal melekat di badan, terlihat bahwa “tamak itu tampan” sebagaimana sebuah kisah fiksi mereka tak malu-malu memamerkan kekayaan, tak lama kemudian kita lagi-lagi dikejutkan sebagaimana dalam kisah Qarun, mereka bersama hartanya tenggelam.

Sempat Abu merasa salah, kenapa bisa anak-anak muda sekarang begitu hebat dalam mengumpulkan harta, jauh mengalahkan orang-orang tua yang telah bekerja keras bertahun-tahun. Sampai akhirnya tersadarkan kembali, seperti siuman dan baru terjaga bahwa dalam setiap kisah, mereka yang tamak tidak akan pernah menang, pada akhirnya.

Seumur hidup Abu adalah orang yang banyak membaca buku, tapi kehidupan (memang) tak persis buku. Bukan bacaan yang persis sama untuk tiap-tiap keadaan, semua tergantung kepada siapa yang membaca dan cara membacanya, sangat subjektif. Mungkin di sela-sela kekurangan Abu ini, (bisa) belajar ada banyak hal yang bisa diterapkan dalam keadaan yang nyaris serupa. Karena (sering) salah, makanya Abu ketika ditanya membiasakan diri untuk mengawali setiap jawaban, “bahwa saya sesungguhnya masih baru belajar.”

Kalah atau salah harus diakui sering terjadi, (memang) belajar itu tidak mudah. Manusia harus diakui sering mandeg, atau dipaksa oleh keadaan untuk berjalan. Mungkin yang harus dicari awalnya bukan menang atau berhasil. Menjadi seseorang yang senantiasa dapat diperbaiki kekurangannya, secara segera, dan secara damai menjadi samudera yang senantiasa terbuka untuk apa saja, suatu pencarian tanpa kegamangan. Mustahil kita menjalani hidup tanpa kesalahan, atau menolak untuk salah. Kesalahan demi kesalahan yang kita kumpulkan sepanjang hidup, justru menandai kegagalan sekaligus keberhasilan kita sebagai manusia.

“Manusia dengan segala keanehannya, mungkin ia pernah selamat melewati hujan badai, tapi juga kemudian (bisa) menggigil ketika melewati gerimis, tak perlu malu.”

Baca juga: KISAH KISAH PETUALANGAN SI ABU

About tengkuputeh

Cepat seperti angin // Tekun seperti hujan // Bergairah seperti api // Diam seperti gunung // Misterius seperti laut // Kejam seperti badai // Anggun seperti ngarai // Hening seperti hutan // Dalam seperti lembah // Lembut seperti awan // Tangguh seperti karang // Sederhana seperti debu // Menyelimuti seperti udara // Hangat seperti matahari // Luas seperti angkasa // Berserakan seperti debu //
This entry was posted in Kisah-Kisah, Kolom, Mari Berpikir, Pengembangan diri and tagged , , , , , , , , , , , , , , , . Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.