KISAH SEORANG PENGGALI SUMUR
Ketika hidup semakin kering dan kerontang akan hikmah, betapa Abu selalu mengingat Tengku Salek Pungo. Sekitar 6 tahun lalu ketika Abu berangkat meninggalkan beliau di Lhokseumawe dia berpesan kepada Abu. “Dalam bekerja kita jangan terlalu melihat keatas nanti kita menjadi pengiri dengki, dan juga jangan terlalu melihat ke bawah nanti menjadi sombong akan tetapi lihatlah ke depan untuk memacu diri lebih berkembang”
Jauh hari sebelumnya, sekitar tahun 2006 diawal perjumpaan kami, Tengku Salek Pungo pernah bertanya kepada Abu. Pekerjaan apa yang paling dia segani di dunia ini? Yang orang-orang yang mengerjakan pekerjaan itu paling dikagumi oleh Tengku Salek Pungo. Abu tidak tahu, tapi tidak salah dengan berusaha sok tahu. Abu mengajukan bermacam profesi seperti dokter, bidan, perawat, pilot, guru, PNS, ilmuwan, ulama, sampai presiden dan kesemuanya itu ditolak oleh Tengku Salek pungo.
Akhirnya Abu menyerah dan bertanya sebenarnya apa profesi yang paling dikagumi oleh Tengku Salek Pungo. Ia tersenyum dan menjawab penggali sumur. Sudah pasti Abu menanyakan apa sebabnya akan tetapi Tengku Salek Pungo menggeleng dan mengatakan bahwa Abu harus mencari sendiri jawabannya. Hari ini Abu teringat, dan Tengku Salek Pungo sudah sekota dengan Abu lagi, maka hari ini Abu merasa harus mencari tahu maksud pertanyaan Tengku Salek Pungo.
Kebetulan Abu belum lama ini bertemu dengan bang Mur seorang “freelance” penggali sumur. Suatu profesi yang sudah semakin langka di zaman ini, mengingat begitu kencangnya arus pemasangan sumur bor dan semakin terpercayanya PDAM. Bang Mur menurut profile yang ia ceritakan berprofesi sebagai seorang pekerja “seraburan” yang professional. Oleh karena pekerjaan menggali sumur sering liburnya dari pada bekerjanya. Maka Abu dengan gaya reportase amatir mencoba mewawancarai bang Mur. Kita lewatkan sesi basa-basinya, Abu langsung menceritakan cerita pokoknya.
Abu (A). “Sudah berapa lama bang Mur menjadi seorang freelancer penggali sumur?
Bang Mur (B). “Sudah lama bu, semenjak Abang SMP, terkadang kalau tidak ada proyek gali sumur. Abang juga mengerjakan “proyek gali lobang tutup lobang.”
Abu (A). “Bisa tidak bang Mur menceritakan suka duka sebagai seorang penggali sumur?
Bang Mur (B). “Lebih banyak suka dari pada dukanya Abu, terutama begitu menemukan air, rasanya bahagia sekali.”
Abu (A). “Apa yang bang Mur lakukan selama mengali sumur?”
Bang Mur (B). “Lakukan apa? Ya menggali ke bawah tanah terus kalau kalau sudah selesai ya naik keatas.”
Menarik ini, Abu teringat pesan Tengku Salek Pungo, “dalam bekerja kita jangan terlalu melihat keatas nanti kita menjadi pengiri dengki, dan juga jangan terlalu melihat ke bawah nanti menjadi sombong akan tetapi lihatlah ke depan untuk memacu diri lebih berkembang”
Abu (A). “Bagaimana jika bang Mur dalam bekerja jika melihat kedepan?”
Bang Mur (B). “Melihat kedepan? Yang kelihatan hanya dinding sumur, ya kapan kerjanya? ada-ada aja Abu Nawas ini, hehehe.” (bang Mur tertawa riang).
Abu (A). “Berarti abang dalam bekerja tidak bisa melihat ke depan?”
Bang Mur (B). “Ya bisalah, tapi untuk apa? Nanti pekerjaan abang tidak selesai-selesai.” (Menarik ini, ternyata konsep Tengku Salek Pungo tidak berlaku kepada bang Mur).
Dan ketika Abu Nawas sedang mewawancara bang Mur , seorang anak datang sambil menanggis, ada apa ini pikir Abu.
Anak (C). “Ayah, adik bulan ini belum bayar uang sekolah. Kata ayah kemarin hari ini mau bayar uang sekolah.”
Bang Mur (B). “Oh, Iya sekarang ayah akan kesekolah untuk membayar SPP kamu. Abu Abang pamit dulu ya, biasa ngurus anak dulu.”
Abu Nawas pun pamit dari tempat bang Mur, hanya setelah dipikir-pikir Abu Nawas heran anak bang Mur sekolah, dan ini Ramadhan dimana seluruh sekolah libur. Jadi kalau bang Mur pergi ke sekolah untuk membayar SPP memangnya sekolah masih buka apa tidak ya? Atau zaman sekarang dengan segala dana BOS apakah SPP masih ada? Dan setelah Abu Nawas pikir-pikir lagi, ternyata inilah sebabnya Tengku Salek Pungo mengagumi penggali sumur, oleh karena konsepnya yaitu Atas, bawah, depan. Tidak bisa diterapkan kepada seorang penggali sumur.
Tiba-tiba Abu merasa rindu dengan Tengku Salek Pungo, kira-kira beliau di Lhokseumawe sana sehat-sehat saja tidak ya? Sekilas terbersit dalam hati Abu, apakah beliau masih hidup? Sudah lama Abu tidak bertemu dengan beliau. Sudah lama sekali, kami tidak saling mengirim kabar berita. Entahlah, semoga beliau disana baik-baik saja.
Pingback: SEGALA SESUATU MEMILIKI ASAL MULA | Tengkuputeh