TERJERAT KESOMBONGAN

Senyum bagai seorang remaja

TERJERAT KESOMBONGAN

Sombong, adakah sifat itu didiri ini? Sekuat apapun seseorang mengatakan tidak namun orang lainlah yang menilai. Dan itulah penilaian banyak teman tentang diri ini, hiks…hiks…hiks… Abu masih bisa menyangkal jika hanya seorang mengatakannya, tapi hampir semua teman di masa lalu memvonis diri ini seperti itu. Dan yang paling sedih ketika mendengar seorang teman karib sewaktu SMU mengatakan seperti itu. Ia berkata, “aku rindu dengan Abu, tapi sekarang ia begitu sombong sehingga tak pernah lagi pulang ke Banda Aceh untuk menjumpaiku.” Kepada seorang teman lainnya. Huh, ketika yang mengatakan seperti itu adalah seorang sahabat dekat yang juga sudah dianggap sebagian dari jiwa ini ternyata sangat

Masih teringat juga kata-kata seorang teman perempuan, kebetulan kami waktu itu sedang mengambil mata kuliah yang sama di Univ. Malikussaleh dan ia mengatakan, “setelah berbicara panjang lebar dengan bang Abu ternyata tidak seperti dikatakan oleh banyak orang. Bahwa bang Abu orangnya sombong dan tidak mau berteman dengan perempuan. Sehingga mereka semua disini memboikot tidak mau berbicara dengan abang.” Sebuah boikot yang tanpa Abu sadari sudah berjalan hampir setahun! Bagaimana mau sadar jika Abu sendiri diwaktu istrirahat jam kuliah memilih membaca, dan kurang peduli dengan sekeliling.

Atau kata teman sekontrakan di Lhokseumawe tadi, “meski kamu tidak bermaksud untuk sombong tapi gaya dan cara berbicaramu menunjukkan keangkuhan yang nyata.” Dan sebenarnya masih banyak lagi komentar senada yang diungkapkan oleh orang-orang sekitar namun selama ini Abu bersikap acuh sampai ia mengatakan, jika kita telah tinggal dalam atap yang sama dengan seseorang maka yakinlah krtitiknya sangat-sangat touche, kata orang Perancis eh apa Inggris ya? hehehe.

Selama ini, Abu mengambil pendapat Konghuchu yang berkata, “orang pintar yang tidak menunjukkan kepintarannya adalah sama dengan orang bodoh.” Sesuatu hal yang menyebabkan ketika ditanyai berapa IPK maka dengan lugas diri ini mengatakan empat! Jawaban itu meski jujur ternyata banyak menyakiti hati orang lain, sungguh Abu tidak pernah tahu akan hal itu hingga tadi selepas Maghrib ketika teman sekontrakan dengan lugas mengkritik setelah mengaku telah lama memendamnya.

Mungkin benar kata seorang teman lain bahwa Abu adalah orang yang berpaku pada literatur, kerjanya membaca melulu. Sehingga kurang memperhatikan orang-orang disekeliling. Berbagai keluhan tentang diri ini kini terasa menyentak, ingin sih rasanya membela diri namun apakah itu tidak justru menambah citra kesombongan yang sudah melekat pada diri Abu sendiri.

Belum terlambat untuk merevisi diri sendiri, untuk menguatkan azzam Abu mencoba mengingat kembali hadist yang pernah disuruh hafal oleh ibu guru Budi Pekerti dulu ketika duduk dibangku kelas III SLTP, tidak terlalu detil sehingga mungkin bisa salah namun kira-kira intinya seperti ini. “Tidak akan masuk surga seorang anak manusia apabila di dadanya tersimpan kesombongan walau hanya sebesar zarrah.” Mudah-mudahan ke depan Abu mampu berubah menjadi seorang manusia yang lebih baik.

Kalau saja dalam tulisan ini tersirat sebuah kesombongan Abu selaku pribadi yang telah menyakiti memohon maaf yang sebesar-besarnya, kepada para teman yang membaca maupun tidak. Sungguh seorang Abu ini tidak sempurna dan banyak memiliki kekurangan sebagai manusia, terima kasih kepada kalian yang telah mengingatkan dan terima kasih bagi kalian yang telah memaafkan dan memilih tidak mengatakan langsung, terakhir terima kasih pula karena kalian masih menganggap diri ini sebagai teman kalian.

Baca juga: KISAH KISAH PETUALANGAN SI ABU

About tengkuputeh

Cepat seperti angin // Tekun seperti hujan // Bergairah seperti api // Diam seperti gunung // Misterius seperti laut // Kejam seperti badai // Anggun seperti ngarai // Hening seperti hutan // Dalam seperti lembah // Lembut seperti awan // Tangguh seperti karang // Sederhana seperti debu // Menyelimuti seperti udara // Hangat seperti matahari // Luas seperti angkasa // Berserakan seperti debu //
This entry was posted in Asal Usil, Cerita, Kisah-Kisah, Pengembangan diri and tagged , , , , , , , , , , , , , , , , , , . Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.