AN INTERVIEW WITH BUNG HATTA

Wawancara imajinier dengan Bung Hatta

AN INTERVIEW WITH BUNG HATTA

“Saya tidak akan menikah sebelum Indonesia merdeka.” Adalah sumpahnya dan ditepati. Seorang Gentleman yang belum ada tanding dalam sejarah Indonesia. Dan akhirnya diusia 43 tahun pada tanggal 18 Nopember 1945 Mohammad Hatta menikah dengan Rahmi Rahim di Megamendung, Bandung. Dilahirkan pada tanggal 12 Agustus 1902 di Bukit Tinggi dengan nama Mohammad ‘Athar. Ayahnya bernama H.Mohammad Jamil, ibunya bernama Soleha. Adalah tokoh yang mengajarkan tentang kesederhanan dan kesetiaan dalam prinsip. Bahkan seorang Iwan Fals menciptakan sebuah lagu khusus untuk beliau.

Setiap malam kita disajikan berita betapa Negara kita berada dalam titik demoralisasi yang luar biasa, dimana semangat kita sebagai bangsa telah tergerus oleh masalah tak berujung pangkal. Yang berteriak tentang nasionalisme hari ini besoknya terbukti penjahat. Benar dan salah sebenarnya sudah jelas namun kelihaian memanipulasi adalah kegemaran pemimpin kita, dan rakyat pun seolah menikmati dan bergabung didalam bagian konspirasi besar.

Abu mencintai tidur, oleh karena itu lebih baik tidur dibanding melihat media menyajikan berita yang membuat kecewa. Mungkin Abu mengharapkan seorang panutan bagi masalah negeri dan malam ini Abu bermimpi bertemu dengan seorang Mohammad Hatta. Beliau mengunakan baju dan celana khaki putih, sepatu Bally suatu hal yang tak terbeli ketika beliau hidup karena kesederhanaannya. Mengenakan kaca mata model lama dan topi bulat layaknya seorang tuan meneer. Wajah beliau bulat berisi dan pipi kemerah-merahan. Di sebuah beranda menghadap laut kami duduk, Pulau Banda. Tempat dimana beliau dan Perdana Menteri pertama Indonesia Sutan Syahrir pernah dibuang oleh Belanda.

(Abu) Apa kabar pak? Siapa saja teman-teman bapak disini?

(Bung Hatta) Jangan terlalu formal, panggil saja Bung atau Bung Hatta. Saya disini bersama Natsir, Syarifuddin Prawiranegara, Soedirman dan Hamka. Kadang-kadang Syahrir dan Tan Malaka berkunjung.

(Abu) Apakah ini surga bung?

(Bung Hatta) Pulau Banda adalah salah satu surga dunia, alam yang indah. Saya bersyukur Belanda pernah membuang saya mungkin kemari. Surga atau bukan saya tidak tahu, yang pasti saya menemukan kedamaian disini.

(Abu) Bagaimana dengan sahabat anda Sukarno atau lawan politik anda seperti Aidit dan Ali Satroamidjoyo. Atau Amir Syafifuddin?

(Bung Hatta) Terdiam sejenak. Saya belum pernah bertemu dengan mereka sejak disini.

(Abu) Apakah mereka di neraka?

(Bung Hatta) Tersenyum. Secara logis saya tidak bisa menyimpulkan karena tidak ada bukti empiris yang membuktikan hal itu, mungkin mereka berada di tempat lain. Indonesia begitu luas, apalagi dunia bawah.

(Abu) Kembali kemasa lalu, apakah anda merasa bersalah telah menyebabkan Indonesia gagal menjadi Negara Islam, dimana usul anda pada sidang PPKI yang mungusulkan Negara kebangsaan?

(Bung Hatta) Saya menyakini apa yang saya usulkan adalah yang terbaik bagi bangsa Indonesia menurut pemikiran saya, jika kita sudah mengusahakan yang terbaik insya Allah tak akan ada penyesalan.

(Abu) Menurut Bung Hatta apa yang menyatukan beribu pulau, beratus kerajaan di Nusantara menjadi sebuah bangsa yang bernama Indonesia?

(Bung Hatta) Menarik nafas. Indonesia dibentuk atas dasar perasaan senasib, senasib karena merasakan kesengsaraan akibat dijajah Belanda.

(Abu) Itukan yang menyebabkan bung pada sidang PPKI tidak menyetujui Semenanjung Melayu, Kalimantan Utara dan Timor Portugis untuk digabung kedalam Indonesia sebagaimana usul Sukarno?

(Bung Hatta) Benar

(Abu) Apakah bung mengikuti sejarah Indonesia kontemporer?

(Bung Hatta) Saya tetap mengikuti, Indonesia adalah kecintaaan saya. Yang pernah kami perjuangkan dengan air mata dan darah.

(Abu) Menurut bung bagaimana Indonesia saat ini?

(Bung Hatta) Sukarno pernah mengutip Stalin, Revolusi bahkan akan memakan anak-anaknya sendiri. Tapi saya mempunyai pendapat berbeda, Revolusi akan memanggil jiwa-jiwa romantik namun setelahnya para oppurtunislah yang berkuasa.

(Abu) Apakah mungkin suatu hari akan muncul seseorang seperti anda?

(Bung Hatta) Dengan sistem politik, sosial dan tata Negara seperti sekarang akan sulit. Bung Hatta membuka topinya dan terlihat rambut belah tengah yang tersisir rapi. Dulu, saya dan Syahrir berteori bahwa bangsa Indonesia akan siap merdeka apabila sudah memiliki kecerdasan Intelektual oleh karena itu kami membentuk Pendidikan Nasional Indonesia guna membentuk pemimpin yang cerdas dan bermoral. Berlawanan dengan kami, Sukarno berteori bahwa Indonesia harus memiliki organisasi massa dan pemimpin kharismatik dan bergabung dengan Partindo. Dan sejarah memihak Sukarno bukan saya dan Syahrir.

(Abu) Apakah memang tidak ada lagi harapan?

(Bung Hatta) Harapan adalah doa, saya dari sini selalu berharap dan berdoa yang terbaik untuk Indonesia. Bung Hatta melipat kakinya, dan teringat sesuatu. Pernah, pemilu 2004 saya berharap pada seseorang yang menjanjikan harapan, namun sayang dia kalah. Dan itu membuktikan teori Sukarno.

(Abu) Megawati, Wiranto, Amien Rais atau Hamzah Haz?

(Bung Hatta) Tersenyum. Sejarah saya sudah selesai, tidak patut saya ikut campur lagi. Siapakah yang bung pilih saat itu?

(Abu) Amien Rais pada putaran pertama, sedang putaran kedua saya tidak ikut karena ayah saya meninggal dunia pada malam menjelang pemilu.

(Bung Hatta) Beliau menjabat tangan Abu. Saya turut berduka cita.

(Abu) Adakah pesan bung kepada kami bangsa Indonesia?

(Bung Hatta) Cintailah Negara ini, dan jangan berputus asa atas keadaan sulit yang mendera. Saya tetap berkeinginan agar bangsa Indonesia menjadi bangsa yang berbudi dan cerdas. Pilihlah pemimpin yang beritikad baik membangun bangsa, jangan mudah terpedaya oleh teriakan utopia dan jangan pernah bisa dibeli. Jadilah bangsa yang memiliki harga diri.

(Abu) Kata-kata bung Hatta menyiratkan kesedihan, apa yang menyebabkan anda sebagai tokoh yang terkenal sangat rasional menjadi sangat melankolis?

(Bung Hatta) Saya memiliki jiwa romantik, namun saya kurang menunjukkannya didepan umum. Satu hal yang merisaukan saya, sebuah pertanda sistem yang kacau adalah semakin berkembangnya orang jahat dan semakin sulitnya orang baik untuk muncul. Sayangnya saya melihat hal ini di Republik yang kami perjuangkan ini. Bung Hatta membuka kaca mata dan membersihkan kacanya dengan sapu tangan.

(Abu) Terima kasih bung, sepertinya hari akan menjelang pagi. Sudah saatnya saya bangun.

(Bung Hatta) Tertawa dan menjabat tangan saya. Terima kasih dan tolong sampaikan pesan saya kepada seluruh rakyat Indonesia.

(Abu) Tersenyum miris. Apakah mungkin bung?

(Bung Hatta) Dimana ada kemauan disitu ada jalan.

Abu pun terbangun. Pagi pun menjelang bersama azan shubuh datang. Sudah lama sekali rasanya.

    XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX

About tengkuputeh

Cepat seperti angin // Tekun seperti hujan // Bergairah seperti api // Diam seperti gunung // Misterius seperti laut // Kejam seperti badai // Anggun seperti ngarai // Hening seperti hutan // Dalam seperti lembah // Lembut seperti awan // Tangguh seperti karang // Sederhana seperti debu // Menyelimuti seperti udara // Hangat seperti matahari // Luas seperti angkasa // Berserakan seperti debu //
This entry was posted in Asal Usil, Kisah-Kisah, Opini, Reportase and tagged , , , , , , , , , , , , , , . Bookmark the permalink.

11 Responses to AN INTERVIEW WITH BUNG HATTA

  1. mimpi yang sangat detail, luar biasa.
    atau ini adalah alur sejarah yang yang diimpikan oleh mas abu?

  2. sungguh tidak salah kalau abu menjadikan bung hatta sebagai sang tokoh idola. bung hatta tak hanya seorang negarawan. ia juga putra terbaik bangsa yang senantiasa bersahaja dalam gaya hidupnya.

  3. tengkuputeh says:

    Benar mas sawaly beliau tokoh idola saya, dan saya merindukan orang seperti beliau dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

  4. zizaw says:

    like this saja lah

  5. tengkuputeh says:

    Monggo mas zi 😉

  6. DM says:

    Cara bercerita dengan sudut pandang mimpi ini bisa jadi novel dengan latar belakang sejarah yang dahsyat jika diramu!

    Aku baru tau bahwa Hatta baru menikah pada usia 43 tahun. Menarik!

  7. kita sekarang defisit pemimpin yg menginspirasi. jadi mimpi2 bertemu dg pemimpin2 masa lalu memang jamak muncul dan sangat wajar. harusnya ada pemimpin baru yg bisa menginspirasi kita 🙂

  8. Pingback: TERIMA KASIH PADA SASTRA | FROM KOETARADJA WITH LOVE

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.